Tak Ada Pasar Darurat, Pedagang Buat Kios Sendiri
Parni Topa, akhirnya bisa berjualan lagi seperti biasanya. Parni terlihat tersenyum lebar, karena dalam tiga hari ini, sudah banyak pengunjung yang mampir dan mencicipi sate dan gule kambing di kios miliknya yang ia buat sendiri.
Parni memutuskan untuk membuat kios dekat pasar Sayur Plaosan dengan biaya sendiri, karena hingga saat ini belum juga disediakan pasar darurat (pasar sementara), setelah kios atau bedak miliknya dibongkar sekitar seminggu yang lalu.
"Kalau saya tidak buat kios, bisa-bisa saya rugi terus menerus karena tidak bisa jualan," kata Parni kepada magetankita.com saat ditemui di kios baru miliknya, Rabu (29/09/).
Parni memutuskan untuk membuat kios dekat pasar Sayur Plaosan dengan biaya sendiri, karena hingga saat ini belum juga disediakan pasar darurat (pasar sementara), setelah kios atau bedak miliknya dibongkar sekitar seminggu yang lalu.
"Kalau saya tidak buat kios, bisa-bisa saya rugi terus menerus karena tidak bisa jualan," kata Parni kepada magetankita.com saat ditemui di kios baru miliknya, Rabu (29/09/).
Ia rela mengeluarkan uang hanya untuk membangun dan menyewa lahan di sebelah timur pasar sayur Plaosan. "Untuk biaya pembuatan kios ini saya sudah menghabiskan dana 5 juta lebih mas,"katanya.
Meskipun begitu, ia merasa lega karena bisa jualan seperti biasanya. Dalam sehari, rata-rata Parni bisa mempunyai penghasilan sebesar Rp 750 ribu.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, sebanyak 12 kios pasar sayur Plaosan dibongkar untuk diperbaiki. Ironisnya, para pedagang tidak disediakan pasar Darurat untuk dijadikan tempat berjualan sementara.
Meskipun begitu, ia merasa lega karena bisa jualan seperti biasanya. Dalam sehari, rata-rata Parni bisa mempunyai penghasilan sebesar Rp 750 ribu.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, sebanyak 12 kios pasar sayur Plaosan dibongkar untuk diperbaiki. Ironisnya, para pedagang tidak disediakan pasar Darurat untuk dijadikan tempat berjualan sementara.
Sumber : Magetankita.com
Tidak ada komentar