Turunnya Harga Cabe di Level Petani
Akibat cuaca musim yang tidak menentu petani cabe di berbagai Desa/Kecamatan se Kabupaten Magetan di Jawa Timur mengalami kerugian jutaan rupiah, pasalnya musim seperti ini tumbuh subur berbagai jenis penyakit dan sejenis virus lainya.
Untuk lahan seluas satu hektar, yang biasa tumbuh normal, bisa menghasilkan cabe 10-12 ton, kini karena musim yang tidak menentu dan tumbuh suburnya berbagai penyakit, petani cabe per hektarnya hanya bisa menghasilkan 2,5 -2 ton. Hal ini di sampaikan oleh Suwoyo petani lombok dari Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo Kab Magetan kepada Tubas pekan silam.
Dikatakan, kalau dihitung untuk tanah seluas satu hektar, bisa ditanami sepuluh ribu (10.000) pohon cabe/lombok, di butuhkan biaya Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), dan kalau harga cabai di pasar masih mencapai harga angka Rp 7.000 - 8.000 perkilo, petani masih bisa pulang modalnya, sebaliknya, kalau harganya nanti di bawah Rp 7.000, petani cabai hancur merugi jutaan rupiah.
Dijelaskan, untuk jenis penyakit cabe yang muncul saat ini jenis penyakit lalat buah dan jenis penyakit pathek, kedua jenis penyakit ini menyerang tanaman cabe sangat parah/berat, yaitu di saat tanaman berumur 2 bulan – 2,5 bulan, yaitu belum saatnya panen, cabe sudah rontok. Cirri cirinya, cabe setengah kering dan separohnya busuk/rusak.
Akibat tanaman yang tidak tumbuh normal ini Suwoyo yang juga Perangkat Desa ini mengaku rugi lebih dari 50 persen. Katanya, untuk musim tanam kali ini, dirinya menanam 3.000 bibit lombok di lahan seluas seperempat hektar yang digarapnya.
Pantauan Tubas di Petani, harga lombok di tingkat petani yang hanya berkisar antara Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu per kilogram, merupakan harga yang sangat rendah, di banding dengan harga cabai di pasaran yang mencapai level Rp 30 ribu per kilogram, bahkan sampai Rp 45 ribu per kilogram.
Untuk itu petani berharap, kepada pemerintah dan dinas terkait untuk ikut serta membantu petani agar ke depan petani cabai tidak terus-menerus merugi. Bentuk bantuan itu bisa berupa penyuluhan dan bentuk obat-obatan lainya.
Sumber : kabarindonesia.com
Sumber Ilustrasi Foto : Google.com
Untuk lahan seluas satu hektar, yang biasa tumbuh normal, bisa menghasilkan cabe 10-12 ton, kini karena musim yang tidak menentu dan tumbuh suburnya berbagai penyakit, petani cabe per hektarnya hanya bisa menghasilkan 2,5 -2 ton. Hal ini di sampaikan oleh Suwoyo petani lombok dari Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo Kab Magetan kepada Tubas pekan silam.
Dikatakan, kalau dihitung untuk tanah seluas satu hektar, bisa ditanami sepuluh ribu (10.000) pohon cabe/lombok, di butuhkan biaya Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), dan kalau harga cabai di pasar masih mencapai harga angka Rp 7.000 - 8.000 perkilo, petani masih bisa pulang modalnya, sebaliknya, kalau harganya nanti di bawah Rp 7.000, petani cabai hancur merugi jutaan rupiah.
Dijelaskan, untuk jenis penyakit cabe yang muncul saat ini jenis penyakit lalat buah dan jenis penyakit pathek, kedua jenis penyakit ini menyerang tanaman cabe sangat parah/berat, yaitu di saat tanaman berumur 2 bulan – 2,5 bulan, yaitu belum saatnya panen, cabe sudah rontok. Cirri cirinya, cabe setengah kering dan separohnya busuk/rusak.
Akibat tanaman yang tidak tumbuh normal ini Suwoyo yang juga Perangkat Desa ini mengaku rugi lebih dari 50 persen. Katanya, untuk musim tanam kali ini, dirinya menanam 3.000 bibit lombok di lahan seluas seperempat hektar yang digarapnya.
Pantauan Tubas di Petani, harga lombok di tingkat petani yang hanya berkisar antara Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu per kilogram, merupakan harga yang sangat rendah, di banding dengan harga cabai di pasaran yang mencapai level Rp 30 ribu per kilogram, bahkan sampai Rp 45 ribu per kilogram.
Untuk itu petani berharap, kepada pemerintah dan dinas terkait untuk ikut serta membantu petani agar ke depan petani cabai tidak terus-menerus merugi. Bentuk bantuan itu bisa berupa penyuluhan dan bentuk obat-obatan lainya.
Sumber : kabarindonesia.com
Sumber Ilustrasi Foto : Google.com
Tidak ada komentar