Serangan Sepatu Impor Rusak Pasar Lokal
Membanjirnya sepatu impor berdampak langsung pada perajin alas kaki di Magetan. Akibat maraknya sepatu impor ini, omset penujualan sepatu lokal turun sampai 50 persen.
Salah satu perajin sepatu kulit di sentra kerajian kulit di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Suwito, mengatakan, sejak adanya serbuan sepatu inpor pihaknya mengalam penurunan penjualan.
"Penjualan menurun sampai 50% lebih. Tapi saya anggap hal itu sebagai persaingan bisnis jadi tinggal bagaimana kita meningkatkan kualitas serta model sehingga bisa menarik konsumen kembali," ujarnya, Rabu (9/3/2011).
Suwito yang juga merupakan pemilik, toko sepatu kulit Kartika, menambahkan, selama satu bulan ia beserta belasan karyawannya bisa menghasilkan sampai 1000 pasang lebih sepatu. Namun hal itu tergantung dari besarnya pesanan yang ia terima.
"Jika sedikit paling hanya sekitar 700 pasang. Karena memang mayoritas kami melayani pesanan penjual untuk dijual kembali dan hanya sedikit yang memang langsung konsumen atau perorangan," kata dia.
Suwito menambahkan, usaha yang sudah digelutinya sejak 30 tahun yang lalu ini, memproduksi sepatu dan sandal berbahan dasar kulit dengan berbagai model. Sedang untuk bahan baku ia mengaku mendapatkan bahan baku kulit tersebut dari penyamakan kulit di Lingkungan Industri Kulit (LIK) Magetan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Magetan, Venly Tomi N, mengatakan, seluruh kerajinan alas kaki, baik sepatu maupun sandal dari kulit di Kabupaten Magetan, tergolong industri kecil. Mayoritas para perajin ini berproduksi sesuai pesanan atau order. Sehingga belum dapat berproduksi dengan skala besar seperti pabrik.
"Keberadaan sepatu buatan luar negeri merupakan tantangan tersendiri bagi industri sepatu kulit di Magetan. Karena itu, perajin dituntut untuk menjaga mutu keaslian kulitnya dan memperbanyak desain atau model agar sepatu lokal terus diminati oleh konsumen," kata Vanly.
Dari data Disperindag Kabupaten Magetan, terdapat 14.145 unit Industri Kecil Menengah (IKM). Dan 115 diantaranya bergerak pada bidang pembuatan alas kaki dari kulit, serta mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 575 orang. Dalam satu tahun 115 IKM tersebut bisa menghasilkan 750.000 pasang alas kaki. [rdk/but]
Salah satu perajin sepatu kulit di sentra kerajian kulit di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Suwito, mengatakan, sejak adanya serbuan sepatu inpor pihaknya mengalam penurunan penjualan.
"Penjualan menurun sampai 50% lebih. Tapi saya anggap hal itu sebagai persaingan bisnis jadi tinggal bagaimana kita meningkatkan kualitas serta model sehingga bisa menarik konsumen kembali," ujarnya, Rabu (9/3/2011).
Suwito yang juga merupakan pemilik, toko sepatu kulit Kartika, menambahkan, selama satu bulan ia beserta belasan karyawannya bisa menghasilkan sampai 1000 pasang lebih sepatu. Namun hal itu tergantung dari besarnya pesanan yang ia terima.
"Jika sedikit paling hanya sekitar 700 pasang. Karena memang mayoritas kami melayani pesanan penjual untuk dijual kembali dan hanya sedikit yang memang langsung konsumen atau perorangan," kata dia.
Suwito menambahkan, usaha yang sudah digelutinya sejak 30 tahun yang lalu ini, memproduksi sepatu dan sandal berbahan dasar kulit dengan berbagai model. Sedang untuk bahan baku ia mengaku mendapatkan bahan baku kulit tersebut dari penyamakan kulit di Lingkungan Industri Kulit (LIK) Magetan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Magetan, Venly Tomi N, mengatakan, seluruh kerajinan alas kaki, baik sepatu maupun sandal dari kulit di Kabupaten Magetan, tergolong industri kecil. Mayoritas para perajin ini berproduksi sesuai pesanan atau order. Sehingga belum dapat berproduksi dengan skala besar seperti pabrik.
"Keberadaan sepatu buatan luar negeri merupakan tantangan tersendiri bagi industri sepatu kulit di Magetan. Karena itu, perajin dituntut untuk menjaga mutu keaslian kulitnya dan memperbanyak desain atau model agar sepatu lokal terus diminati oleh konsumen," kata Vanly.
Dari data Disperindag Kabupaten Magetan, terdapat 14.145 unit Industri Kecil Menengah (IKM). Dan 115 diantaranya bergerak pada bidang pembuatan alas kaki dari kulit, serta mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 575 orang. Dalam satu tahun 115 IKM tersebut bisa menghasilkan 750.000 pasang alas kaki. [rdk/but]
Sumber : Beritajatim.com
Sumber Ilustrasi Foto : Google.com
Tidak ada komentar