Okky Madasari Melawan Korupsi dengan Sastra

Jakarta Isu korupsi sudah lama mendapat perhatian dalam karya sastra. Para sastawan terkenal seperti Mochtar Lubis, Ramadhan KH, Ajib Rosidi, hingga Satyagraha Hoerip dengan caranya masing-masing telah menyuarakan kegelisahan mereka pada masalah itu. Kini, Okky Madasari melanjutkannya.

Novelis kelahiran Magetan, 1984 itu menulis novel berjudul '86' yang mengungkap kebobrokan lembaga-lembaga penegak hukum, dari pengadilan hingga rumah tahanan. Okky memang pernah akrab dengan lingkungan itu, ketika menjadi wartawan.

"Ide novel ini lahir dari pengalaman saya menjadi wartawan yang meliput kasus-kasus korupsi. Sebagian besar bahan penulisan merupakan hasil pengamatan langsung . Dari terjun langsung itulah saya berkesimpulan bahwa korupsi bukan hanya masalah hukum tapi merupakan masalah manusia dan kemanusiaan," paparnya.

Novel '86' merupakan karya kedua Okky setelah 'Entrok' yang terbit pada April 2010. Keduanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Kendati mengangkat tema yang berbeda, namun keduanya memiliki benang merah yang sama.

"Bagi saya, menulis novel merupakan cara menyampaikan kegelisahan atas masalah-masalah dalam masyarakat kita. Itu juga yang saya hadirkan dalam novel pertama saya, yang mengangkat soal tipisnya toleransi pada perbedaan keyakinan. Lalu, novel kedua ini tentang korupsi. Berikutnya bisa problem yang lain lagi," ujarnya.

Okky menyadari bahwa tema-tema yang ditulisnya itu agak menyimpang dari tren yang sedang melanda dunia penulisan novel di Tanah Air saat ini.  "Saya memang nggak bisa menulis hal-hal seperti orang bermimpi bisa sekolah di luar negeri atau sukses dengan karier. Mungkin karena saya tidak bakat memberi motivasi," katanya sambil tertawa. 

(mmu/mmu)

Sumber : detik.com

Diberdayakan oleh Blogger.