Agus Triyono Orang Tergendut di Magetan
Magetan - Obesitas atau kelebihan berat badan terkadang menimbulkan banyak penyakit yang terkadang hingga membawa seseorang tersebut hingga meninggal. Karena dalam tubuh yang tidak normal ukuran berat badanya itu akan mudah diserang penyakit jenis kolesterol, jantung, darah tinggi hingga ke diabetes.
Karena itu sudah banyak hal yang akan dilakukuan seseorang untuk menjaga berat bandanya agar tidak mudah terserang penyakit. Tapi hal ini berbanding terbalik dengan apa yang ditemui di jalan Kenongo Rt 2/2 kelurahan Mangkujayan kecamatan Magetan kota. Agus Triyono, seorang lelaki paruh baya dengan memiliki berat badan lebih dari 2 kwintal, Pak Ndut (red:sapaan akrabnya) masih terlihat sehat hingga umurnya sekarang 52 tahun.
Dengan memiliki berat badan 230 kg, pak ndut masih bisa melakukan aktivitas selayaknya teman sebayanya. “ saya mulai gendut ini semenjak jadi sopir bus Damri yang kantornya di Solo pada tahun 1990an “ ungkapnya. Pak Ndut menjadi sopir hingga 17 tahun, dan selama itu dia tak ada kendala apapun dalam pekerjaanya. “ Asalkan tempat duduknya juga besar, pas dengan postur tubuh saya ini, tak kendala apapun. Bahkan kalau sekarang saya ditantang buat jadi sopir sumber kencono pun saya masih mampu “ tambahnya dengan tersenyum.
Dengan memilik satu orang isrti dan seorang putra yang sekarang bekerja di Pekanbaru, pak Ndut mengisi waktu sehari-harinya dengan berternak ayam dan itik. Bahkan sang istri juga membantu dengan berwiraswasta dagang makanan ringan. Dalam bergaul dengan tetangga di lingkunganya, pak Ndut tidak banyak mengikuti kegiatan-kegiatan RT, “ susahnya kalau ikut arisan di RT itu cari tempat duduk, karena duduk di lantai sulit bisanya duduk dikursi kan itu sudah menyusahkan orang yang bertempatan arisan tow, jadi biar istri saya yang ikut “ ujarnya.
Dalam kondisi yang melebihi umuran manusia normal, pak Ndut tidak banyak mengkonsumsi makan-makanan setiap harinya, bahkan menurut ceritanya dia sering menjalankan puasa senin-kamis yang tak pernah berhenti, puasa 90 hari di waktu-waktu tertentu, hingga puasa romadhan tidak ada yang berlubang. Karena bagi diasemakin sering puasa aktivitasnya akan semakin lincah dan pencernaannya pun juga lebih baik. “ kalau ukuran orang makan sehari 3 kali dan sepiring itu hal wajar, tapi sebenrnya kalau saya makan sepiring sebenarnya mampu menghabiskan tapi di perut rasanya malah terasa mual-mual. Jadi makan saya itu sedikit bahkan tidak ngemil sesering orang biasa” ceritanya.
Awal kegemukan atau obesitas yang terjadi ini dirasa pada tahun 1990 hingga 1998 pak ndut mengkonsumsi obat-obatan anti pegel linu. Karena pada waktu itu beliau masih jadi sopir dan jam terbang seorang sopir kala itu hingga keluar jawa seperti jurusan Solo-Jambi yang jarak tempuhnya dihabiskan dalam sepekan, jadi untuk mempertahankan kondisi tubuhnya beliau mengkonsumsi obat pegel linu yang dampaknya hingga sekarang. Dan sekarang ganti sudah puluhan cara baik dari konsumsi multivitamin, olahraga, untuk menurunkan berat badannya tak membuahkan hasil. Pesanya hanya satu dari pak ndut, “yang penting sehat mbak”.(dewi)
Karena itu sudah banyak hal yang akan dilakukuan seseorang untuk menjaga berat bandanya agar tidak mudah terserang penyakit. Tapi hal ini berbanding terbalik dengan apa yang ditemui di jalan Kenongo Rt 2/2 kelurahan Mangkujayan kecamatan Magetan kota. Agus Triyono, seorang lelaki paruh baya dengan memiliki berat badan lebih dari 2 kwintal, Pak Ndut (red:sapaan akrabnya) masih terlihat sehat hingga umurnya sekarang 52 tahun.
Dengan memiliki berat badan 230 kg, pak ndut masih bisa melakukan aktivitas selayaknya teman sebayanya. “ saya mulai gendut ini semenjak jadi sopir bus Damri yang kantornya di Solo pada tahun 1990an “ ungkapnya. Pak Ndut menjadi sopir hingga 17 tahun, dan selama itu dia tak ada kendala apapun dalam pekerjaanya. “ Asalkan tempat duduknya juga besar, pas dengan postur tubuh saya ini, tak kendala apapun. Bahkan kalau sekarang saya ditantang buat jadi sopir sumber kencono pun saya masih mampu “ tambahnya dengan tersenyum.
Dengan memilik satu orang isrti dan seorang putra yang sekarang bekerja di Pekanbaru, pak Ndut mengisi waktu sehari-harinya dengan berternak ayam dan itik. Bahkan sang istri juga membantu dengan berwiraswasta dagang makanan ringan. Dalam bergaul dengan tetangga di lingkunganya, pak Ndut tidak banyak mengikuti kegiatan-kegiatan RT, “ susahnya kalau ikut arisan di RT itu cari tempat duduk, karena duduk di lantai sulit bisanya duduk dikursi kan itu sudah menyusahkan orang yang bertempatan arisan tow, jadi biar istri saya yang ikut “ ujarnya.
Dalam kondisi yang melebihi umuran manusia normal, pak Ndut tidak banyak mengkonsumsi makan-makanan setiap harinya, bahkan menurut ceritanya dia sering menjalankan puasa senin-kamis yang tak pernah berhenti, puasa 90 hari di waktu-waktu tertentu, hingga puasa romadhan tidak ada yang berlubang. Karena bagi diasemakin sering puasa aktivitasnya akan semakin lincah dan pencernaannya pun juga lebih baik. “ kalau ukuran orang makan sehari 3 kali dan sepiring itu hal wajar, tapi sebenrnya kalau saya makan sepiring sebenarnya mampu menghabiskan tapi di perut rasanya malah terasa mual-mual. Jadi makan saya itu sedikit bahkan tidak ngemil sesering orang biasa” ceritanya.
Awal kegemukan atau obesitas yang terjadi ini dirasa pada tahun 1990 hingga 1998 pak ndut mengkonsumsi obat-obatan anti pegel linu. Karena pada waktu itu beliau masih jadi sopir dan jam terbang seorang sopir kala itu hingga keluar jawa seperti jurusan Solo-Jambi yang jarak tempuhnya dihabiskan dalam sepekan, jadi untuk mempertahankan kondisi tubuhnya beliau mengkonsumsi obat pegel linu yang dampaknya hingga sekarang. Dan sekarang ganti sudah puluhan cara baik dari konsumsi multivitamin, olahraga, untuk menurunkan berat badannya tak membuahkan hasil. Pesanya hanya satu dari pak ndut, “yang penting sehat mbak”.(dewi)