Asal Usul Nama Sundul
Ada 3 versi cerita yang ada tentang asal usul dari nama SUNDUL sendiri. Semuanya tergantung dari orang yang mau berbagi cerita. Di sini kami akan menceritakan semuanya dengan singkan saja.
Versi 1
Dahulu kala di wilayah ini ada tepatnya di Sendang Teleng ada sebuah pohon yang sangat tinggi sekali. Pohon itu namanya Sotok. Karena begitu tingginya, ada seseorang yang penasaran untuk mengetahui seberapa tinggi pohon itu. Dengan membawa bekal yang sangat banyak, dia mulai memanjat pohon tersebut. Sampai beberapa hari memanjat, dan perbekalannya sudah habis, dia belum bisa mencapai puncak pohon tersebut. Karena begitu tingginya, maka dianggapnya puncak pohon itu mencapai langit (Sundul langit). Maka daerah ini di namakan SUNDUL. Sampai sekarang pangkal pohon itu masih ada, di tengah tengah sumber Sendang Teleng.
Versi 2
Seperti banyak orang ketahui bahwasannya daerah Parang wilayah kabupaten magetan merupakan daerah kering dan kurang adanya air. Tetapi daerah SUNDUL merupakan satu-satunya wilayah Parang yang ada banyak sumber airnya. bisa . Dimana-mana ada sumber air yang menggenangi wilayah itu. Menurut cerita orang tua dulu bahwa daerah ini bisa disebut rawa-rawa, karena ada sebagian tanahnya berlumpur dan sangat dalam ( embak yang dalam ). Karena daerah ini banyak air yang keluar dari tanah, maka daerah ini disebut SUNDUL, yang maksudnya banyak air yang menembus ( nyundul ) keluar dari tanah. Sekarang ini keberadaan tanah yang berlumpur dalam sudah jauh berkurang. Tetapi cerita yang ini masih bisa dilanjutkan karena di SUNDUL sendiri sekarang sangat dikenal masyarakat sekitar dengan sumur artetisnya, yaitu mata air yang di ambil dari dalam tanah dengan kedalaman sekitar 30 m, dan airnya bisa naik ke atas tanah sekitar 1,5 m. Memang tidak salah kiranya bahwa nenek moyang kita dulu menamakan daerah ini dengan SUNDUL. Mata air di sini mampu menembus ( nyundul ) ke atas tanah sekitar 1,5 m tanpa bantuan alat seperti pompa dan lain sebagainya.
Versi 3
Pada masa akhir perang yang dipimpin pangeran Diponegoro, dimana pangeran Diponegoro dan pasukannya sudah dalam keadaan tidak seimbang dalam hal peralatan dan logistik. Para pengikut dan pasukannya rata-rata para petani sudah sekian tahun bekerja tidak bertani. maka habislah persediaan logistiknya.
Versi 1
Dahulu kala di wilayah ini ada tepatnya di Sendang Teleng ada sebuah pohon yang sangat tinggi sekali. Pohon itu namanya Sotok. Karena begitu tingginya, ada seseorang yang penasaran untuk mengetahui seberapa tinggi pohon itu. Dengan membawa bekal yang sangat banyak, dia mulai memanjat pohon tersebut. Sampai beberapa hari memanjat, dan perbekalannya sudah habis, dia belum bisa mencapai puncak pohon tersebut. Karena begitu tingginya, maka dianggapnya puncak pohon itu mencapai langit (Sundul langit). Maka daerah ini di namakan SUNDUL. Sampai sekarang pangkal pohon itu masih ada, di tengah tengah sumber Sendang Teleng.
Versi 2
Seperti banyak orang ketahui bahwasannya daerah Parang wilayah kabupaten magetan merupakan daerah kering dan kurang adanya air. Tetapi daerah SUNDUL merupakan satu-satunya wilayah Parang yang ada banyak sumber airnya. bisa . Dimana-mana ada sumber air yang menggenangi wilayah itu. Menurut cerita orang tua dulu bahwa daerah ini bisa disebut rawa-rawa, karena ada sebagian tanahnya berlumpur dan sangat dalam ( embak yang dalam ). Karena daerah ini banyak air yang keluar dari tanah, maka daerah ini disebut SUNDUL, yang maksudnya banyak air yang menembus ( nyundul ) keluar dari tanah. Sekarang ini keberadaan tanah yang berlumpur dalam sudah jauh berkurang. Tetapi cerita yang ini masih bisa dilanjutkan karena di SUNDUL sendiri sekarang sangat dikenal masyarakat sekitar dengan sumur artetisnya, yaitu mata air yang di ambil dari dalam tanah dengan kedalaman sekitar 30 m, dan airnya bisa naik ke atas tanah sekitar 1,5 m. Memang tidak salah kiranya bahwa nenek moyang kita dulu menamakan daerah ini dengan SUNDUL. Mata air di sini mampu menembus ( nyundul ) ke atas tanah sekitar 1,5 m tanpa bantuan alat seperti pompa dan lain sebagainya.
Versi 3
Pada masa akhir perang yang dipimpin pangeran Diponegoro, dimana pangeran Diponegoro dan pasukannya sudah dalam keadaan tidak seimbang dalam hal peralatan dan logistik. Para pengikut dan pasukannya rata-rata para petani sudah sekian tahun bekerja tidak bertani. maka habislah persediaan logistiknya.
Maka pangeran Diponegoro memerintahkan pasukannya untuk memperjuangkan pasukannya dari Belanda. Salah satu perintah beliau ialah memerintahkan pasukannya untuk ke sebelah timur Gunung Lawu. Konon ada sebagian kecil pasukan Pangeran Diponegoro yang terdiri dari 3 orang yang sampai di wilayah parang. Dalam perjalanan yang memakan waktu beberapa hari mereka kelaparan dan kehausan maka berhentilah mereka. Dalam istirahatnya salah satu dari mereka bernama Raden Mas Haryo Biri melihat pohon yang tinggi menjulang lebih dari pohon-pohon yang lain di hutan itu.
Karena merasa kehausan akhirnya ke 3 orang pasukan Diponegoro tersebut berbagi tugas mencari mata air. Raden Mas Haryo Biri yang juga seorang ahli da’wah dan seorang guru tersebut menghampiri dua pohon yang menjulang tinggi tersebut.
Akhirnya sampailah Mbah Biri di tempat pohon tersebut, betapa heranya Mbah Biri dengan apa yang dilihatnya, ternyata pohon itu adalah pohon otok yang sangat tinggi. Biasanya pohon otok itu tumbuh pendek tetapi yang satu ini sangat luar biasa. Dan dibawah pohon itu terdapat banyak sumber air, maka berkatalah mbah Biri “ Iki ana wit otok kok duwure sak pendeleng lan sak kiwa tengene akeh banyu si jumundul myundul Lemah, yen ngono sumber iku tak jenegke Sumber Teleng lan desane Sundul” Mbah Biri memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut yang sekarang diberi nama desa Sundul.
Sumber : soendoel