Menteri Dahlan Iskan Minta Maaf pada Masyarakat Magetan, Jawa Timur
Menteri BUMN di depan ratusan mahasiswa dan staf pengajar UI, menyatakan minta maaf kepada tanah kelahirannya di kota Magetan, Jawa Timur. Sebab, selama menjadi wartawan dan mengelola ratusan media di Indonesia, hingga menjadi pejabat tinggi negara tidak sempat memperhatikan desa kelahirannya.
Dahlan Iskan mengungkapkan itu, Rabu siang (16/05/12) di Perpustakaan Universitas Indonesia di Kampus UI Depok. Menteri asal Magetan, Jawa Timur ini terlihat agak tertegun ketika salah seorang mahasiswa UI mempertanyakan terkait pengabdiannya kepada desa kelahiran setelah sukses jadi tokoh pers di Indonesia dan pejabat tinggi negara.
“Saya minta maaf kepada tanah kelahiran. Karena sebagai jurnalis yang lebih banyak melihat sesuatu secara obyektif, saya tidak kepikiran membangun desa yang saya tinggalkan. Dan, pertanyaan ini akan saya renungkan,” tegas Dahlan sembari memperhatikan mahasiswa itu.
Dahlan selama menjadi host di acara dialog di UI bertema “Future Leader With Indonesia Identity and Global Perspektif” itu, berlangsung sangat cair. Mahasiswa bertanya lebih bersifat substantif, realistis, dan kritis, meski sepintas terkesan agak melompat dari tema.
Dahlan Iskan mampu menjelaskan panjang lebar terkait figur ideal leader era global. Merespon pertanyaan, Dahlan pun terpaksa mengilustrasikan pengalaman empirisnya, termasuk selama memimpin ratusan media hingga menjadi Dirut dan Menteri BUMN. Dahlan seperti menularkan aplikasi dari sebuah teori leadership berorientasi global, namun tetap berkarakter Indonesia.
Dalam menjelaskan bagaimana membentuk kepribadian leadership yang tangguh, Dahlan seakan beranalogi bahwa yang terpenting dalam hidupnya –dari anak desa– hingga berhasil mencapai sukses saat ini, termasuk memimpin dan mengembangkan industri yang melibatkan pelaku-pelaku komunikasi era global, adalah keberaniannya memutuskan untuk merantau. Dengan meratau, dirinya bisa mengubah nasib, mencurahkan berkarier dan tidak terbebani apa pun.
Keberanian merantau, menurut Dahlan, identik dengan keberanian keluar dari lingkup sosial lama. “Sehingga bisa membuat perubahan-perubahan,” kata Dahlan.
Sumber : LensaIndonesia