Peringati Maulid Nabi, Warga Durenan Sholawatan Sehari Penuh
Magetan - Tak seperti di tempat- tempat lainnya, Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Durenan, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan ini setiap tahun selalu meriah jika dibandingkan dengan daerah lain di Magetan.
Sejak pukul 07.00 WIB, mereka sudah berkumpul di Masjid Baitun Nursadin, Rt 18 Rw 04 untuk menggelar Sholawatan. Sholawatan ini digelar sehari penuh. Dengan irama khas Sholawatan tempo dulu, mereka bergantian membaca kitab sholawat.
Pukul 09.00 WIB, kegiatan istirahat sejenak, sambil menikmati jadah ketan (makanan Khas orang dulu) dan minum kopi. ”Jadah ketan ini hidangan pagi, saat jam istirahat, sejak dulu ya begitu, hidangannya jadah ketan, diberi parutan kelapa dan bubuk, sambil minum Kopi,” jelas Mohammad Siis, pemimpin sholawat, (24/12/2015).
Hidangan jenis ketan, mengandung makna Filosofi agar kita bisa seperti ketan itu, putih,bersih dari dosa, Pulennya diartikan bisa tetap erat dan saling mempererat tali silaturahmi. ''Pulen itu kan ulet, kencang,semoga bisa seperti itu, bisa mempererat tali silaturahmi antar warga dan sesama,” jelas Mbalun, panggilan akrabnya.
Hidangan jenis ketan, mengandung makna Filosofi agar kita bisa seperti ketan itu, putih,bersih dari dosa, Pulennya diartikan bisa tetap erat dan saling mempererat tali silaturahmi. ''Pulen itu kan ulet, kencang,semoga bisa seperti itu, bisa mempererat tali silaturahmi antar warga dan sesama,” jelas Mbalun, panggilan akrabnya.
Tak selesai hanya disitu, setelah sholat Dzuhur, mereka pulang sebentar untuk mengambil pisang, mereka membawa setangkap pisang di taruh dalam Baskom (tempat beras) di taruh di tengah- tengah lantai Masjid, bahkan ada yang satu rumah tiga anggota keluarga, mereka pun membawa tiga Baskom.
Setelah pukul 15.00 wib Sholawat selesai, Ribuan pisang itu kemudain dibagi ke seluruh warga, sampai rata, tak satupun yang ketinggalan. ''Pisang ini setelah di beri doa oleh jamaah Sholawatan, langsung dibagikan se seluruh warga, tak terkecuali janda, semua dapat, bahkan jumlahnya pun harus sama, jika dapat Tujuh ya harus Tujuh semua pisangnya, tidak boleh banyak sebelah.” terang Mbalun.
Namun sayang, semua tidak bisa memberikan penjelasan tentang kenapa simbolis dari sholawat di Desa ini harus Pisang, Siis hanya bisa cerita jika itu sudah tradisi sejak jaman nenek Moyangnya, dan tidak sempat diberi tahu makna dari Tradisi Sholawatan dengan Sesaji Pisang ini. ”Ya ini sudah dari jaman dulu, saya tidak sempat di beritahu kenapa harus pisang, pokoknya kita hanya melestarikannya.” Jlentrehnya.
Puncaknya, Usai sholawatan dan membagikan pisang,mereka pulang lagi kerumah,kali ini untuk mengambil Ambeng. Ambeng dalam istilah jawa Baskom berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.
Setelah pukul 15.00 wib Sholawat selesai, Ribuan pisang itu kemudain dibagi ke seluruh warga, sampai rata, tak satupun yang ketinggalan. ''Pisang ini setelah di beri doa oleh jamaah Sholawatan, langsung dibagikan se seluruh warga, tak terkecuali janda, semua dapat, bahkan jumlahnya pun harus sama, jika dapat Tujuh ya harus Tujuh semua pisangnya, tidak boleh banyak sebelah.” terang Mbalun.
Namun sayang, semua tidak bisa memberikan penjelasan tentang kenapa simbolis dari sholawat di Desa ini harus Pisang, Siis hanya bisa cerita jika itu sudah tradisi sejak jaman nenek Moyangnya, dan tidak sempat diberi tahu makna dari Tradisi Sholawatan dengan Sesaji Pisang ini. ”Ya ini sudah dari jaman dulu, saya tidak sempat di beritahu kenapa harus pisang, pokoknya kita hanya melestarikannya.” Jlentrehnya.
Puncaknya, Usai sholawatan dan membagikan pisang,mereka pulang lagi kerumah,kali ini untuk mengambil Ambeng. Ambeng dalam istilah jawa Baskom berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.
Jangan heran, lauk pauknya pun sangat istimewa, semua memakai menu utama ayam. ''Puncaknya ya ini mas, setelah membagikan pisang, mereka pulang mengambil Ambeng untuk dibawa ke masjid dan di santap bersama- sama di sini, bayangkan setiap orang menghadap ambeng satu, sangat Istimewa sekali pokoknya jika memperingati mauled Nabi Muhammad SAW di Desa kami,” imbuh Mbalun. (mk)
Tidak ada komentar