Keadaan Ekonomi Sidowayah
Masalah pengangguran seringkali menjadi momok bagi kehidupan bermasyarakat secara luas. Para pengangguran acapkali dipandang sebelah mata oleh kebanyakan dari kita.
Bahkan yang lebih ironis sekali para pengangguran disebut-sebut sebagai biang kerok setiap kali terjadi keresahan yang dirasakan oleh masyarakat.
Untuk menghindari image/persepsi itulah seluruh elemen masyarakat dengan bahu membahu berupaya menekan tingkat pengangguran (baik pengangguran terbuka maupun terselubung).
Dari jumlah usia produktif 15 – 56 th, tercatat 308 orang tidak berkerja pada tahun 2008 dan 160 orang pada tahun 2009.
Terdapat penurunan prosentase pengangguran adalah sebesar 48% atau sejumlah 148 orang. Sedangkan bila pengangguran dilihat dari jenis kelamin maka didapatkan data adalah 1172 orang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga pada tahun 2008.
Krisis multidimensi yang dialami oleh bangsa kita sejak tahun akhir tahun 90-an seperti diungkap di atas, berimbas pula pada pendapatan masyarakat secara umum. Termasuk masyarakat Sidowayah yang mayoritas bermatapencaharian sebagai peternak.
Merekapun turut merasakan naiknya harga sembako dan menjulang tingginya ongkos jasa sarana transportasi, serta biaya pendidikan anak-anak yang semakin lama semakin terasa mencekik dan menyesakkan dada. Intinya, bahwa krisis telah membawa masyarakat pada titik keterpurukan yang tidak mudah untuk dientaskan.
Namun dibalik itu semua, secara positif warga Sidowayah berupaya keras secara sungguh-sungguh untuk terlepas dari keadaan tersebut. Terbukti, dalam rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir ini (Tahun 2008 s/d Tahun 2009) grafik ekonomi masyarakat Sidowayah terus mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat pada peningkatan pendapatan sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar Rp. 774.700.000.- dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 943.010,- sehingga dapat kita cermati bahwa telah terjadi peningkatan prosentase pendapatan di sektor ini sebesar 21.7 % atau sebesar Rp. 168.310.000,-.
Jika dipandang dari belum optimalnya sistem pengolahan tata cara / budidaya yang dikembangkan oleh para petani di Sidowayah, tentu saja peningkatan sebesar 21.7% tersebut merupakan peningkatan yang cukup berarti.
Petani Sidowayah terbiasa dan lebih senang menanam tanaman ketela rambat / ketela pohon dari pada tanaman hortikultura seperti padi, jagung, kobis, wortel, kentang dan lainnya, untuk mengisi lahan miliknya. Sehingga keadaan ini menyebabkan pendapatan mereka menjadi kecil karena murahnya harga jual ketela.
Upaya penyuluhan dan penjelasan kepada para petani tentang keuntungan berbudidaya tanaman selain ketela telah dilaksanakan oleh aparat Desa bekerjasama dengan mantri pertanian Kecamatan Panekan, dan alhamdulillah hasilnya cukup menggembirakan seperti yang telah diterangkan di atas.
Lain lagi dengan pendapatan di sektor perkebunan, pada tahun 2008 pendapatan warga Sidowayah dari sektor ini adalah sebesar Rp. 57.200.000.- dan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 66.250.000,-.
Dengan menggalakkan sistem pengengendalian hama terpadu, penyuluhan pemupukan dan cara pemeliharaan yang tepat bagi tanaman perkebunan milik warga, seperti Cengkih dan kopi dan lainnya, maka hasil panen tanaman tahunan tersebut, dari tahun ke tahun tampak semakin baik.
Dan tidaklah aneh jika pada tahun 2008 sampai tahun 2009, peningkatan pendapatan sektor perkebunan di Sidowayah bisa naik hingga 15,7 % atau sebesar Rp. 9.050.000,-.
Lebih dari sektor pertanian dan perkebunan, Sidowayah ternyata memiliki potensi yang tidak bisa dianggap enteng, yaitu potensi pada sektor peternakan, khususnya terletak pada usaha penggemukan sapi atau yang sering dikenal dengan usaha Sapi Kereman.
Lebih dari 80 % Kepala Keluarga di Sidowayah mengembangkan usaha ini, bahkan secara riil melalui pendataan lapangan ada sekitar 1000 warga yang mengembangkan usaha ini. Rata-rata tiap warga memilki 1 s/d 2 ekor sapi.
Sapi-sapi tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan daging di Kabupaten Magetan dan sekitarnya, juga telah dikembangkan pemasarannya hingga ke Ibu Kota Negara (Jakarta) dan sekitarnya, bahkan tidak jarang yang diambil oleh perusahaan tertentu untuk kepentingan ekspor ke luar negeri, karena kualitasnya.
Dan dari penghitungan kasar di lapangan, didapat data bahwa dari sektor peternakan ini, warga Sidowayah pada tahun 2008 telah mendapat pendapatan sebesar Rp. 675.000.000.- dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 3.361.000.000.- atau meningkat sebesar 32 % (dengan nilai tambah pendapatan sebesar Rp. 690.000.000,-).
Pendapatan masyarakat Sidowayah dari sektor perdagangan, ternyata cukup lumayan juga. Di tahun 2008 sektor ini menyumbang keuntungan sebesar Rp. 27.000.000.- sedang di tahun 2009 meningkat sebesar 14 % yakni sampai Rp. 30.700.000,- atau secara matematis selisihnya sebesar Rp. 3.780.000,-.
Besarnya pendapatan warga disektor perdagangan ini, selain dari toko dan kios yang ada juga utamanya karena adanya pasar desa yang dikembangkan oleh warga Desa Sidowayah. (**)
Bahkan yang lebih ironis sekali para pengangguran disebut-sebut sebagai biang kerok setiap kali terjadi keresahan yang dirasakan oleh masyarakat.
Untuk menghindari image/persepsi itulah seluruh elemen masyarakat dengan bahu membahu berupaya menekan tingkat pengangguran (baik pengangguran terbuka maupun terselubung).
Dari jumlah usia produktif 15 – 56 th, tercatat 308 orang tidak berkerja pada tahun 2008 dan 160 orang pada tahun 2009.
Terdapat penurunan prosentase pengangguran adalah sebesar 48% atau sejumlah 148 orang. Sedangkan bila pengangguran dilihat dari jenis kelamin maka didapatkan data adalah 1172 orang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga pada tahun 2008.
Krisis multidimensi yang dialami oleh bangsa kita sejak tahun akhir tahun 90-an seperti diungkap di atas, berimbas pula pada pendapatan masyarakat secara umum. Termasuk masyarakat Sidowayah yang mayoritas bermatapencaharian sebagai peternak.
Merekapun turut merasakan naiknya harga sembako dan menjulang tingginya ongkos jasa sarana transportasi, serta biaya pendidikan anak-anak yang semakin lama semakin terasa mencekik dan menyesakkan dada. Intinya, bahwa krisis telah membawa masyarakat pada titik keterpurukan yang tidak mudah untuk dientaskan.
Namun dibalik itu semua, secara positif warga Sidowayah berupaya keras secara sungguh-sungguh untuk terlepas dari keadaan tersebut. Terbukti, dalam rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir ini (Tahun 2008 s/d Tahun 2009) grafik ekonomi masyarakat Sidowayah terus mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat pada peningkatan pendapatan sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar Rp. 774.700.000.- dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 943.010,- sehingga dapat kita cermati bahwa telah terjadi peningkatan prosentase pendapatan di sektor ini sebesar 21.7 % atau sebesar Rp. 168.310.000,-.
Jika dipandang dari belum optimalnya sistem pengolahan tata cara / budidaya yang dikembangkan oleh para petani di Sidowayah, tentu saja peningkatan sebesar 21.7% tersebut merupakan peningkatan yang cukup berarti.
Petani Sidowayah terbiasa dan lebih senang menanam tanaman ketela rambat / ketela pohon dari pada tanaman hortikultura seperti padi, jagung, kobis, wortel, kentang dan lainnya, untuk mengisi lahan miliknya. Sehingga keadaan ini menyebabkan pendapatan mereka menjadi kecil karena murahnya harga jual ketela.
Upaya penyuluhan dan penjelasan kepada para petani tentang keuntungan berbudidaya tanaman selain ketela telah dilaksanakan oleh aparat Desa bekerjasama dengan mantri pertanian Kecamatan Panekan, dan alhamdulillah hasilnya cukup menggembirakan seperti yang telah diterangkan di atas.
Lain lagi dengan pendapatan di sektor perkebunan, pada tahun 2008 pendapatan warga Sidowayah dari sektor ini adalah sebesar Rp. 57.200.000.- dan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 66.250.000,-.
Dengan menggalakkan sistem pengengendalian hama terpadu, penyuluhan pemupukan dan cara pemeliharaan yang tepat bagi tanaman perkebunan milik warga, seperti Cengkih dan kopi dan lainnya, maka hasil panen tanaman tahunan tersebut, dari tahun ke tahun tampak semakin baik.
Dan tidaklah aneh jika pada tahun 2008 sampai tahun 2009, peningkatan pendapatan sektor perkebunan di Sidowayah bisa naik hingga 15,7 % atau sebesar Rp. 9.050.000,-.
Lebih dari sektor pertanian dan perkebunan, Sidowayah ternyata memiliki potensi yang tidak bisa dianggap enteng, yaitu potensi pada sektor peternakan, khususnya terletak pada usaha penggemukan sapi atau yang sering dikenal dengan usaha Sapi Kereman.
Lebih dari 80 % Kepala Keluarga di Sidowayah mengembangkan usaha ini, bahkan secara riil melalui pendataan lapangan ada sekitar 1000 warga yang mengembangkan usaha ini. Rata-rata tiap warga memilki 1 s/d 2 ekor sapi.
Sapi-sapi tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan daging di Kabupaten Magetan dan sekitarnya, juga telah dikembangkan pemasarannya hingga ke Ibu Kota Negara (Jakarta) dan sekitarnya, bahkan tidak jarang yang diambil oleh perusahaan tertentu untuk kepentingan ekspor ke luar negeri, karena kualitasnya.
Dan dari penghitungan kasar di lapangan, didapat data bahwa dari sektor peternakan ini, warga Sidowayah pada tahun 2008 telah mendapat pendapatan sebesar Rp. 675.000.000.- dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 3.361.000.000.- atau meningkat sebesar 32 % (dengan nilai tambah pendapatan sebesar Rp. 690.000.000,-).
Pendapatan masyarakat Sidowayah dari sektor perdagangan, ternyata cukup lumayan juga. Di tahun 2008 sektor ini menyumbang keuntungan sebesar Rp. 27.000.000.- sedang di tahun 2009 meningkat sebesar 14 % yakni sampai Rp. 30.700.000,- atau secara matematis selisihnya sebesar Rp. 3.780.000,-.
Besarnya pendapatan warga disektor perdagangan ini, selain dari toko dan kios yang ada juga utamanya karena adanya pasar desa yang dikembangkan oleh warga Desa Sidowayah. (**)
Tidak ada komentar