Manisnya Pamelo Menyebar Hingga Belanda
Jalan itu sempit berkelok, kadang menanjak dan menikung tajam. Namun jalan yang masuk dari perempatan ring road Magetan dan menghubungkan sejumlah desa di Kecamatan Sukomoro hingga Bendo, Magetan itu dilapisi aspal mulus.
Sejumlah truk berseliweran, meninggalkan aroma khas jeruk bersama hembusan angin. Di sisi kiri dan kanan jalan, sejauh mata memandang, hanya warna hijau rimbunnya pohon jeruk dengan buah pamelonya yang hijau kekuningan bergelantungan. Buah dengan bobot 1,5-2 kg itu terbungkus rapi dalam plastik tembus pandang.
"Petani pilih membungkus setiap buah jeruk dengan plastik daripada bersusah payah memerangi hama lalat buah. Dengan dibungkus plastik begini, buah pamelo aman dari serangan hama," kata Kadiman (45), petani di Dusun Nunut, Desa Duwet, Kec. Bendo, yang kemarin sore sedang membersihkan rumput di lahan jeruk pamelonya.
Menurutnya, serangan hama lalat buah cukup ganas. Dulu banyak petani menyemprotkan obat pembasmi, namun hama yang mudah terbang dan meninggalkan terlurnya di buah jeruk itu tetap sulit diberantas. Dengan membungkus setiap buah pamelo dan memberinya sedikit lobang di bawahnya terbukti lebih efektif menanggulangi hama.
Wajah Kadiman berbinar. Pada saat memasuki musim panen seperti sekarang ini, harga pamelo cukup bagus, rata-rata Rp 3.000 perbuah. Bahkan dia memprediksi harga itu bisa naik lagi.
Senada dengan Kadiman, petani lain, Djamin lebih bersabar menunggu meningkatnya harga. "Sebenarnya sudah waktunya panen, tapi saya masih menunggu siapa tahu harga masih bisa naik lagi. Kalau sekarang tiga ribu (Rp 3 ribu), mungkin bisa naik lagi menjadi empat ribu (Rp 4 ribu)," harap Djamin.
Di dua areal jeruk Djamin terdapat sekitar 100 pohon jeruk pamelo. Semuanya tergolong relatif aman dari serangan hama, terutama sejak dia bersama petani lain telaten membungkusi setiap buah pamelo dengan plastik. Dia juga rajin mengerok jamur di pangkal batang salah satu pohon.
"Jamur seperti ini harus segera dibersihkan atau dipotong sekalian. Kalau tidak, bisa menyebar ke mana-mana," katanya. Kadiman (45), misalnya, pernah terpaksa memotong empat pohon jeruknya karena terserang hama.
Rambah Belanda
Tingkat produktivitas pamelo cukup tinggi. "Dengan jarak tanaman 5 x 4 meter seperti milik saya ini, setiap tanaman bisa menghasilkan 50 hingga 100 buah. Kalau mau mengatur jarak tanam lebih jarang lagi, misalnya 6 X 7 meter, bisa lebih 100 buah per pohon, bahkan ada yang bisa memanen 200 buah perpohon," kata Kadiman.
Berkah pamelo tak saja dinikmati petani. Ratusan, bahkan ribuan bakul maupun pedagang ikut menikmati keuntungan. Sebut saja Suwarsi dengan puluhan pekerjanya. Setiap hari mereka bergelut dengan pamelo. Dalam sehari setidaknya dua truk pamelo dia kirim ke sejumlah kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Purwokerto.
Dia membeli buah pamelo dalam partai besar ke petani dengan harga Rp 2.500-3.000 per buah dan menjualnya kembali seharga Rp 3.500-4 ribu per buah. Kalau setiap truk mengangkut 5 ribu buah, berarti setiap sehari dia mengirimkan 10 ribu buah. Keuntungan kotornya mencapai Rp 10 juta-15 juta, dipotong ongkos pekerja dan biaya tranportasi.
Selain pengepul seperti Suwarsi, banyak juga bakul dan pedagang-pedagang kecil yang ikut mencicipi manisnya bisnis pamelo. Di Kab. Madiun, terutama di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, puluhan pedagang menggelar dagangannya di tepi jalan. Di Kota Madiun, banyak duga pedagang di trotoar menjual pamelo Magetan. Belum lagi bakul yang ngider pamelo dengan dibonceng sepeda maupun sepeda motor.
Memang agak ironis, pamelo yang sebenarnya varietas Jeruk Nambangan (jeruk khas Kelurahan Nambangan, Kec. Manguharjo, Kota Madiun), justru sejak belasan tahun lalu telah punah di tanah asalnya. Bisa jadi karena makin tercemarnya lahan atau kepemilikan lahan menyempit.
Beruntung, jeruk nambangan itu kemudian berkembang pesat di Magetan. Suratman, Ketua Asosiasi Pamelo Magetan, beberapa waktu lalu mengungkapkan dalam semusim saja produksi pamelo Magetan kalau dirupiahkan mencapai Rp 50 miliar. Tentu bukan angka yang kecil untuk satu jenis komoditas di suatu daerah.
Dalam data Suratman, jumlah petani pamelo di Magetan 7.600 orang yang tersebar di empat kecamatan, Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan.
Selain beredar di pasar lokal dan regional, pamelo Magetan ternyata juga sudah merambah pasar mancanegara seperti Singapura, Taiwan, dan Belanda. Menurut Suratman, pemasaran pamelo ke luar negeri dilakukan oleh eksporter PT Indagro yang bekerja sama dengan Asperti serta Asosiasi Pamelo Magetan. Di Magetan juga sudah ada kelompok perajin manisan dari kulit jeruk yang dinamai kurmelo (kurma pamelo).
Sumber : Vivanews.com
Sejumlah truk berseliweran, meninggalkan aroma khas jeruk bersama hembusan angin. Di sisi kiri dan kanan jalan, sejauh mata memandang, hanya warna hijau rimbunnya pohon jeruk dengan buah pamelonya yang hijau kekuningan bergelantungan. Buah dengan bobot 1,5-2 kg itu terbungkus rapi dalam plastik tembus pandang.
"Petani pilih membungkus setiap buah jeruk dengan plastik daripada bersusah payah memerangi hama lalat buah. Dengan dibungkus plastik begini, buah pamelo aman dari serangan hama," kata Kadiman (45), petani di Dusun Nunut, Desa Duwet, Kec. Bendo, yang kemarin sore sedang membersihkan rumput di lahan jeruk pamelonya.
Menurutnya, serangan hama lalat buah cukup ganas. Dulu banyak petani menyemprotkan obat pembasmi, namun hama yang mudah terbang dan meninggalkan terlurnya di buah jeruk itu tetap sulit diberantas. Dengan membungkus setiap buah pamelo dan memberinya sedikit lobang di bawahnya terbukti lebih efektif menanggulangi hama.
Wajah Kadiman berbinar. Pada saat memasuki musim panen seperti sekarang ini, harga pamelo cukup bagus, rata-rata Rp 3.000 perbuah. Bahkan dia memprediksi harga itu bisa naik lagi.
Senada dengan Kadiman, petani lain, Djamin lebih bersabar menunggu meningkatnya harga. "Sebenarnya sudah waktunya panen, tapi saya masih menunggu siapa tahu harga masih bisa naik lagi. Kalau sekarang tiga ribu (Rp 3 ribu), mungkin bisa naik lagi menjadi empat ribu (Rp 4 ribu)," harap Djamin.
Di dua areal jeruk Djamin terdapat sekitar 100 pohon jeruk pamelo. Semuanya tergolong relatif aman dari serangan hama, terutama sejak dia bersama petani lain telaten membungkusi setiap buah pamelo dengan plastik. Dia juga rajin mengerok jamur di pangkal batang salah satu pohon.
"Jamur seperti ini harus segera dibersihkan atau dipotong sekalian. Kalau tidak, bisa menyebar ke mana-mana," katanya. Kadiman (45), misalnya, pernah terpaksa memotong empat pohon jeruknya karena terserang hama.
Rambah Belanda
Tingkat produktivitas pamelo cukup tinggi. "Dengan jarak tanaman 5 x 4 meter seperti milik saya ini, setiap tanaman bisa menghasilkan 50 hingga 100 buah. Kalau mau mengatur jarak tanam lebih jarang lagi, misalnya 6 X 7 meter, bisa lebih 100 buah per pohon, bahkan ada yang bisa memanen 200 buah perpohon," kata Kadiman.
Berkah pamelo tak saja dinikmati petani. Ratusan, bahkan ribuan bakul maupun pedagang ikut menikmati keuntungan. Sebut saja Suwarsi dengan puluhan pekerjanya. Setiap hari mereka bergelut dengan pamelo. Dalam sehari setidaknya dua truk pamelo dia kirim ke sejumlah kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Purwokerto.
Dia membeli buah pamelo dalam partai besar ke petani dengan harga Rp 2.500-3.000 per buah dan menjualnya kembali seharga Rp 3.500-4 ribu per buah. Kalau setiap truk mengangkut 5 ribu buah, berarti setiap sehari dia mengirimkan 10 ribu buah. Keuntungan kotornya mencapai Rp 10 juta-15 juta, dipotong ongkos pekerja dan biaya tranportasi.
Selain pengepul seperti Suwarsi, banyak juga bakul dan pedagang-pedagang kecil yang ikut mencicipi manisnya bisnis pamelo. Di Kab. Madiun, terutama di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, puluhan pedagang menggelar dagangannya di tepi jalan. Di Kota Madiun, banyak duga pedagang di trotoar menjual pamelo Magetan. Belum lagi bakul yang ngider pamelo dengan dibonceng sepeda maupun sepeda motor.
Memang agak ironis, pamelo yang sebenarnya varietas Jeruk Nambangan (jeruk khas Kelurahan Nambangan, Kec. Manguharjo, Kota Madiun), justru sejak belasan tahun lalu telah punah di tanah asalnya. Bisa jadi karena makin tercemarnya lahan atau kepemilikan lahan menyempit.
Beruntung, jeruk nambangan itu kemudian berkembang pesat di Magetan. Suratman, Ketua Asosiasi Pamelo Magetan, beberapa waktu lalu mengungkapkan dalam semusim saja produksi pamelo Magetan kalau dirupiahkan mencapai Rp 50 miliar. Tentu bukan angka yang kecil untuk satu jenis komoditas di suatu daerah.
Dalam data Suratman, jumlah petani pamelo di Magetan 7.600 orang yang tersebar di empat kecamatan, Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan.
Selain beredar di pasar lokal dan regional, pamelo Magetan ternyata juga sudah merambah pasar mancanegara seperti Singapura, Taiwan, dan Belanda. Menurut Suratman, pemasaran pamelo ke luar negeri dilakukan oleh eksporter PT Indagro yang bekerja sama dengan Asperti serta Asosiasi Pamelo Magetan. Di Magetan juga sudah ada kelompok perajin manisan dari kulit jeruk yang dinamai kurmelo (kurma pamelo).
Sumber : Vivanews.com
Tidak ada komentar