Sandal Batik Magetan Tembus Pasar Ekspor

Industri rumah tangga kerajinan sandal batik di Desa Baleasri, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menembus pasar luar negeri.

"Kami setiap bulan menghasilkan rata-rata 2.600 pasang sandal batik. Selain kami pasarkan ke beberapa daerah di Indonesia, sebagian kami ekspor," kata pemilik usaha kerajinan sandal batik ini, Hendrik Yulianto, di Magetan, Selasa (28/12).


Ia mengatakan sandal ini terbuat dari spon karet yang dibalut kain batik dengan berbagai model serta motif. Sandal batik ini dibuat dengan memanfaatkan limbah kain batik. Bersama delapan pekerjanya, ia dalam sebulan bisa memproduksi rata-rata 2.600 pasang sandal. Satu pasang sandal dijual dengan harga bervariasi, antara Rp10 ribu hingga Rp20 ribu, tergantung model sandal.


"Pangsa pasar sandal batik ini masih cukup menjanjikan. Selain daerah lokal Magetan, sandal batik ini telah mampu menembus berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Yogyakarta, Jakarta, Bali, hingga Kalimantan," katanya.


Sandal batik ini juga banyak dipesan sejumlah hotel dari berbagai daerah dan menembus pasar luar negeri di antaranya Belanda, Malaysia, Singapura, dan Thailand.


Menurut dia, ide kreatif membuat sandal batik ini, berawal dari banyaknya limbah kain batik, hingga akhirnya dapat dikelola menjadi sandal dan bentuk-bentuk lain yang unik.


Usaha yang dikelola pasangan suami istri Hendrik Yulianto dan Ana Setyawati ini telah digeluti sejak lima tahun terakhir. Awalnya sempat kesulitan modal dan pasar, namun kini telah cukup berkembang.


Omzet yang diraih juga lumayan banyak, yakni minimal mencapai Rp20 juta setiap bulan. Sedangkan bahan baku limbah kain batik, didatangkan dari daerah penghasil kain batik, di antaranya Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan dengan harga yang relatif sangat murah.


Selain membuat sandal batik, industri rumah tangga ini juga mampu membuat kerajinan produk limbah kain batik lainnya, di antaranya tas, dompet hingga berbagai souvenir.


Kini, seiring dengan pengakuan dunia akan batik oleh Unesco, sandal batik semakin diminati.


Harapan Hendrik Yulianto, nantinya kerajinan ini mampu menjadi ikon Kabupaten Magetan, sama halnya dengan Telaga Sarangan, Jeruk Pamelo, dan kerajinan kulit. (Ant/OL-3) 

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.