Cuaca Ekstrim, Petani Jeruk Pamelo Panen Dini
Cuaca ekstrims saat ini membuat petani jeruk Pamelo di Kabupaten Magetan, terpaksa melakukan panen dini. Hal ini dilakukan oleh petani untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena banyak buah yang rusak.
Salah satu petani Jeruk Pamelo, Sukar, mengatakan, dalam kondisi normal, panen baru bisa dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni, namun karena curah hujan yang cekup besar, membuat buah menjadi busuk dan kualitasnya jelek.
"Sudah banyak buah yang busuk dan jatuh jadi kami panen sekarang. Karena jika masih menunggu bulan depan kami takut semakin banyak buah yang jatuh dan malah kami tidak jadi panen," ujarnya, Jumat (4/3/2011).
Sukar menambahkan, cuaca saat ini juga mempengaruhi produktifitas jeruk. Jika dalam kondisi normal satu pohon bisa menghasilkan 80-100 buah, kini hanya menghasilkan 40-25 buah. Hal ini diperparah dengan serangan lalat buah serta hama sejenis jamur.
"Akibatnya, pada musim panen tahun ini kami para petani harus menanggung rugi hingga ratusan juta Rupiah. Sebab, hasil panen yang sama sekali tidak seimbang jika dibandingkan dengan biaya produksi," ungkapnya.
Sukar menjelaskan, harga buah juga ikut turun drastis. Jika sebelumnya mencapai jeruk mpamelo dihargai Rp4.000,00 perbuah, kini turun pada kisaran harga Rp2.000,00 hingga Rp3.000,00 perbuah. Hal tersebut tergantung dari ukuran buah.
Padahal harga di pasaran, buah jeruk pamelo dengan kualitas bagus mampu menembus harga RP7.000 hingga Rp10.000 perbuahnya. Para petani di sentra penghasil jeruk pamelo ini, hanya bisa berharap agar tahun berikutnya hasil panennya lebih baik dibandingkan sekarang.
Dari data Dinas Pertanian Magetan mencatat, daerah Magetan yang terkenal sebagai sentra penghasil jeruk pamelo adalah Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan (Betasuka). Luas lahan yang dikembangkan untuk komoditas ini mencapai 1.979 hektare dengan jumlah produksi mencapai 278.620 kwintal per tahun.[rdk/ted]
Salah satu petani Jeruk Pamelo, Sukar, mengatakan, dalam kondisi normal, panen baru bisa dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni, namun karena curah hujan yang cekup besar, membuat buah menjadi busuk dan kualitasnya jelek.
"Sudah banyak buah yang busuk dan jatuh jadi kami panen sekarang. Karena jika masih menunggu bulan depan kami takut semakin banyak buah yang jatuh dan malah kami tidak jadi panen," ujarnya, Jumat (4/3/2011).
Sukar menambahkan, cuaca saat ini juga mempengaruhi produktifitas jeruk. Jika dalam kondisi normal satu pohon bisa menghasilkan 80-100 buah, kini hanya menghasilkan 40-25 buah. Hal ini diperparah dengan serangan lalat buah serta hama sejenis jamur.
"Akibatnya, pada musim panen tahun ini kami para petani harus menanggung rugi hingga ratusan juta Rupiah. Sebab, hasil panen yang sama sekali tidak seimbang jika dibandingkan dengan biaya produksi," ungkapnya.
Sukar menjelaskan, harga buah juga ikut turun drastis. Jika sebelumnya mencapai jeruk mpamelo dihargai Rp4.000,00 perbuah, kini turun pada kisaran harga Rp2.000,00 hingga Rp3.000,00 perbuah. Hal tersebut tergantung dari ukuran buah.
Padahal harga di pasaran, buah jeruk pamelo dengan kualitas bagus mampu menembus harga RP7.000 hingga Rp10.000 perbuahnya. Para petani di sentra penghasil jeruk pamelo ini, hanya bisa berharap agar tahun berikutnya hasil panennya lebih baik dibandingkan sekarang.
Dari data Dinas Pertanian Magetan mencatat, daerah Magetan yang terkenal sebagai sentra penghasil jeruk pamelo adalah Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan (Betasuka). Luas lahan yang dikembangkan untuk komoditas ini mencapai 1.979 hektare dengan jumlah produksi mencapai 278.620 kwintal per tahun.[rdk/ted]
Sumber : Beritajatim.com
Sumber Ilustrasi Foto : Google.com
Tidak ada komentar