Pelanggan Kecewa,Pilih Swadaya
MAGETAN-Buruknya pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Magetan membuat puluhan pelangganya di Kecamatan Sidorejo geram.Pasalnya,pasokan airnya sering ithir-ithir.Bahkan,tak jarang netes pun tidak.
Padahal,para pelanggan sudah berkali-kali melaporkan kondisi ini.Namun,tidak kunjung direspon oleh perusahaan milik Pemkab Magetan itu.Alhasil,para pelanggan setempat memilih swadaya mengusahakan air bersih dari daerah sekitar dengan pola pipanisasi yang dibangun secara gotong-royong.
Ini dilakukan sekitar 55 pelanggan di Dusun Blanten, Desa Getas,Kecamatan Sidorejo.Sejak dua bulan lalu, mereka mencukupi kebutuhan air minumnya secara swadaya.''Padahal kami rutin membayar.Tetapi air PDAM itu ithir-ithir.Anehnya,kadang meterannya tetap berputar tapi air tidak keluar yang lewat hanya angin. Ya kami rugi,''kata Parni,60,warga setempat.
Akhirnya,warga berinisiatif menyalurkan air secara mandiri ke desanya.Sumber air diambil dari desa yang memiliki persediaan cukup besar di Kecamatan Plaosan. Lokasinya berada cukup jauh di atas Desa Getas.Warga rela swadaya menyediakan 3.800 lonjor pipa ukuran satu dim.
Layaknya saluran PDAM,di setiap titik pelanggan diberi meteran air.Tarifnya Rp5ribu per bulan untuk penggunaan maksimal 10 meter kubik.Nominal tersebut, menurut Parni,sangat meringankan beban warga setempat. Pasalnya,sebelumnya,air PDAM yang sering mampet itu tarifnya minimal Rp30ribu per bulan.
Hal senada dilontarkan Sujud,warga Desa Getas lainnya. Kebutuhan air,kata dia,merupakan hal yang vital. Pasalnya,di lokasi tersebut,sangat sulit mencari air tanah.''Ya untuk mandi,mencuci dan masak serta kebutuhan sehari-hari lainnya.Beruntung sekarang ini kami sudah bisa mengirit daripada langganan PDAM,'' tegas Sujud.
Dia menambahkan,selain di Desa Getas,banyak kawasan lain di lereng Gunung Lawu yang terpaksa berjuang melakukan pipanisasi mandiri.Ini lantaran mereka merasa tidak nyaman dengan pelayanan PDAM Magetan.
Di pihak lain,PDAM membantah pelayanannya buruk di Kecamatan Sidorejo.Kepala Unit PDAM Plaosan Supriyono mengatakan aliran air di kawasan Plaosan dan sekitarnya tidak ada kendala.Bahkan,pihaknya mengaku tidak pernah menerima laporan adanya aliran air yang mati.
Namun,dia tidak membantah adanya pipanisasi swadaya masyarakat itu.Menurut dia,upaya tersebut murni kemauan masyarakat.''Yang jelas,selama saya menjabat sejak November 2010,tidak ada permasalahan saluran air.Entah kalau pejabat sebelum saya,''kilah Supriyono.(wka/sat)
Sumber : Radar Madiun
Sumber Ilustrasi Foto : Google
Padahal,para pelanggan sudah berkali-kali melaporkan kondisi ini.Namun,tidak kunjung direspon oleh perusahaan milik Pemkab Magetan itu.Alhasil,para pelanggan setempat memilih swadaya mengusahakan air bersih dari daerah sekitar dengan pola pipanisasi yang dibangun secara gotong-royong.
Ini dilakukan sekitar 55 pelanggan di Dusun Blanten, Desa Getas,Kecamatan Sidorejo.Sejak dua bulan lalu, mereka mencukupi kebutuhan air minumnya secara swadaya.''Padahal kami rutin membayar.Tetapi air PDAM itu ithir-ithir.Anehnya,kadang meterannya tetap berputar tapi air tidak keluar yang lewat hanya angin. Ya kami rugi,''kata Parni,60,warga setempat.
Akhirnya,warga berinisiatif menyalurkan air secara mandiri ke desanya.Sumber air diambil dari desa yang memiliki persediaan cukup besar di Kecamatan Plaosan. Lokasinya berada cukup jauh di atas Desa Getas.Warga rela swadaya menyediakan 3.800 lonjor pipa ukuran satu dim.
Layaknya saluran PDAM,di setiap titik pelanggan diberi meteran air.Tarifnya Rp5ribu per bulan untuk penggunaan maksimal 10 meter kubik.Nominal tersebut, menurut Parni,sangat meringankan beban warga setempat. Pasalnya,sebelumnya,air PDAM yang sering mampet itu tarifnya minimal Rp30ribu per bulan.
Hal senada dilontarkan Sujud,warga Desa Getas lainnya. Kebutuhan air,kata dia,merupakan hal yang vital. Pasalnya,di lokasi tersebut,sangat sulit mencari air tanah.''Ya untuk mandi,mencuci dan masak serta kebutuhan sehari-hari lainnya.Beruntung sekarang ini kami sudah bisa mengirit daripada langganan PDAM,'' tegas Sujud.
Dia menambahkan,selain di Desa Getas,banyak kawasan lain di lereng Gunung Lawu yang terpaksa berjuang melakukan pipanisasi mandiri.Ini lantaran mereka merasa tidak nyaman dengan pelayanan PDAM Magetan.
Di pihak lain,PDAM membantah pelayanannya buruk di Kecamatan Sidorejo.Kepala Unit PDAM Plaosan Supriyono mengatakan aliran air di kawasan Plaosan dan sekitarnya tidak ada kendala.Bahkan,pihaknya mengaku tidak pernah menerima laporan adanya aliran air yang mati.
Namun,dia tidak membantah adanya pipanisasi swadaya masyarakat itu.Menurut dia,upaya tersebut murni kemauan masyarakat.''Yang jelas,selama saya menjabat sejak November 2010,tidak ada permasalahan saluran air.Entah kalau pejabat sebelum saya,''kilah Supriyono.(wka/sat)
Sumber : Radar Madiun
Sumber Ilustrasi Foto : Google
Tidak ada komentar