Air Zamzam Bertuah dari Masjid Tegalrejo
Beberapa wanita tampak antre menunggu giliran menimba air dari sumur tua di pelataran masjid KH Abdurrahman di Dusun Tegalrejo, Desa Semen, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, 11 Agustus lalu. Mereka menenteng jeriken, galon, dan wadah lainnya untuk menampung air sumur. Satu per satu air dari timba sumur diangkat, lalu dimasukkan ke dalam jeriken.
Air sumur itu dipercaya sama berkhasiatnya dengan air zamzam di Mekkah. Tak aneh jika banyak orang berburu air di sumur tua itu. Sejarah sumur tua dengan "air zamzam" di dalamnya itu tak lepas dari kisah pendiri masjid sekaligus pembuat sumber mata air di sumur itu, yakni KH Abdurrahman, putra keturunan keluarga Keraton Padjadjaran, Jawa Barat, yang hijrah ke Pacitan. Kala itu Pacitan masih wilayah kekuasaan Kerajaan Surakarta.
KH Abdurrahman, yang nama kecilnya Bagoes Bantjalana, adalah putra Kyai Achmadija. Sedangkan Achmadija adalah saudara Raden Djajanoedin yang pernah menjadi Bupati Pacitan dan mendapat julukan Tumenggung Djimat.
"Menurut cerita orang tua saya, dulu ketika beliau (KH Abdurrahman) berguru ke Mekkah, beliau membuat rajah (tulisan berkhasiat) dan diceburkan ke sumur zamzam. Begitu pulang ke Tegalrejo, beliau membuat sumber air yang di dalamnya muncul rajah yang pernah beliau ceburkan ke sumur zamzam sewaktu di Mekkah," kata KH Gunawan Hanafi, keturunan kelima KH Abdurrahman, Kamis pekan lalu.
Sejak saat itulah, sumber air yang memancar di sumur tersebut dipercaya seperti air zamzam. Air sumur tersebut sampai sekarang dimanfaatkan orang banyak dan dipercaya bertuah. "Air sumur ini dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit atau gangguan jiwa yang dialami seseorang," ucap Gunawan.
Menurut Gunawan, kandungan air ini pernah diteliti dokter puskesmas setempat dan terbukti memiliki kandungan mineral yang tinggi dibanding sumber air lain di wilayah sekitar. "Tanpa dimasak pun air ini sehat untuk diminum," ujarnya.
Setiap hari, tampak warga bergantian mengambil air dari sumur. "Saya sudah biasa menggunakannya untuk air minum atau untuk memasak," kata Ima, gadis 15 tahun yang biasa mengambil air sumur dengan jeriken seberat lima liter.
Pada bulan Ramadan, masjid dan sumur setempat semakin banyak dikunjungi orang untuk mencari berkah. "Saya sengaja datang ke sini untuk mengambil air sumur biar mendapat berkah dan tentunya memohon doa kepada Allah agar sehat selalu," ujar Dewi, peziarah asal Madiun, sambil mengusap wajahnya dengan air sumur yang baru diambilnya.
Selain mengambil air sumur, orang-orang berziarah ke makam KH Abdurrahman, yang berada di kompleks pemakaman keluarga, tepat di sebelah barat masjid. Selama empat tahun berguru ke Mekkah dan Madinah, KH Abdurrahman mendapat ajaran tarikat Sattariyah dari para ulama di sana. Hingga kini tarikat Sattariyah berkembang pesat di Magetan dan sekitarnya.
KH Abdurrahman wafat pada 6 April 1875 Masehi atau 29 Safar 1292 Hijriyah. Bantjalana atau KH Abdurrahman sempat jadi pengawal Pangeran Diponegoro semasa perjuangan melawan penjajah Belanda pada 1825-1830.ISHOMUDDIN | ENI S
Sumber : Tempointeraktif
Tidak ada komentar