29 Daerah Jawa Timur Dilanda Kekeringan
Wilayah yang dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan di Jawa Timur terus meluas. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, kekeringan sudah meliputi 29 daerah kabupaten dan kota, padahal beberapa pekan sebelumnya mencapai 21 daerah.
Kepala BPBD Jawa Timur, Siswanto, menjelaskan dari 38 daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur tersisa sembilan daerah yang belum dilanda kekeringan. ”Tapi jumlah daerah yang dilanda kekeringan akan terus bertambah karena belum diketahui kapan berakhirnya musim kemarau,” katanya, Selasa 20 September 2011.
Hujan pernah terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, tapi belum merata. Bahkan dalam sebulan terakhir tak sampai lima kali turun hujan di Jawa Timur.
Siswanto menjelaskan saat ini BPBD masih memfokuskan diri untuk membantu memberikan air bersih di 21 daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut sejak Agustus 2011 lalu telah dilanda kekeringan cukup parah.
Daerah-daerah yang cukup parah dilanda kekeringan di antaranya Trenggalek, Tulungagung, Malang, Blitar, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Magetan, Ngawi, Situbondo, Lumajang, Batu, Bondowoso, Gresik, Lamongan, Tuban, Sumenep, dan Pamekasan.
Di 21 daerah tersebut kekeringan meliputi 417 desa yang tersebar di 136 kecamatan. Kepada warga di daerah tersebut BPBD telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki dengan biaya Rp 175 ribu per mobil tangki.
Selain bantuan air dengan mobil tangki, BPBD juga menyalurkan tandon air di seluruh desa yang dilanda kekeringan. Sumur juga digali untuk mempercepat pengadaan air bersih bagi warga.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Ahmad Nurfalakhi, mengatakan 1.453 hektare lahan tanaman padi di seluruh Jawa Timur mengalami kekeringan. Sebanyak 239 hektare di antaranya mengalami puso.
Sementara itu kondisi geografis menyulitkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pacitan mendistribusikan air bersih kepada warga di tiga kecamatan di daerah itu, yakni Kecamatan Bandar, Tegalombo, dan Sudimoro.
Direktur PDAM Kabupaten Pacitan, Rianto, menjelaskan wilayah yang warganya mengalami kesulitan mendapatkan air bersih terdiri dari perbukitan dan pegunungan.
Menghadapi kondisi geografis yang berat, PDAM Pacitan harus mengakali pola pendistribusian air bersih. “Dari instalasi pengolahan, air bersih yang dihasilkan dialirkan ke reservoar bawah, lalu ke reservoar atas. Kemudian dialirkan ke rumah warga secara gravitasi,” ujar Rianto.
Tugas PDAM juga kian berat karena belum seluruh desa di sembilan kecamatan lainnya di Pacitan yang sudah dialiri air bersih. Keterbatasan anggaran tidak memungkinkan PDAM memperluas jangkauan instalasi jaringannya.
Pemerintah Kabupaten Pacitan telah menyiapkan dana pendamping Rp 700 juta untuk perluasan jaringan. Namun dana tersebut baru akan dicairkan setelah ditetapkannya APBN tahun 2012. Padahal dengan perluasan jaringan, empat desa di Kecamatan Donorojo--Desa Sekar, Cemeng, Sendang, dan Desa Sukodono--yang selama ini selalu dilanda kekeringan bisa menikmati air bersih.
Tahun ini pun PDAM Pacitan mendapat dana Rp 10,9 miliar dari APBN. Namun bukan untuk perluasan jaringan, melainkan untuk peningkatan kapasitas produksi di jaringan utama. Sebab kapasitas produksi air PDAM masih jauh dari ideal, yakni hanya 205 liter per detik. Akibatnya dari jumlah penduduk sekitar 530 ribu jiwa hanya sekitar 11 ribu jiwa yang terjangkau air PDAM.
Kapasitas air ini hanya mampu terdistribusi ke pelanggan selama 12-18 jam. “Kami belum memiliki pompa cadangan, sehingga kalau dipaksakan beroperasi 24 jam bisa terjadi error. Karena tidak bisa 24 jam, terpaksa diterapkan block system atau pengaliran bergilir,” ujarnya.
Warga yang belum terjangkau jaringan air besih terpaksa menggali lubang di dasar telaga yang sudah mengering. “Meski air telaga mengering, masih ada sumber air yang memancar kalau digali,” tutur Tusiman, salah seorang warga di Dusun Suruh, Desa Cemeng, Kecamatan Donorojo. Warga pun harus berbagi air dengan ternak mereka.(FATKHURROHMAN TAUFIQ | ISHOMUDDIN)
Sumber : Tempointeraktif
Kepala BPBD Jawa Timur, Siswanto, menjelaskan dari 38 daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur tersisa sembilan daerah yang belum dilanda kekeringan. ”Tapi jumlah daerah yang dilanda kekeringan akan terus bertambah karena belum diketahui kapan berakhirnya musim kemarau,” katanya, Selasa 20 September 2011.
Hujan pernah terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, tapi belum merata. Bahkan dalam sebulan terakhir tak sampai lima kali turun hujan di Jawa Timur.
Siswanto menjelaskan saat ini BPBD masih memfokuskan diri untuk membantu memberikan air bersih di 21 daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut sejak Agustus 2011 lalu telah dilanda kekeringan cukup parah.
Daerah-daerah yang cukup parah dilanda kekeringan di antaranya Trenggalek, Tulungagung, Malang, Blitar, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Magetan, Ngawi, Situbondo, Lumajang, Batu, Bondowoso, Gresik, Lamongan, Tuban, Sumenep, dan Pamekasan.
Di 21 daerah tersebut kekeringan meliputi 417 desa yang tersebar di 136 kecamatan. Kepada warga di daerah tersebut BPBD telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki dengan biaya Rp 175 ribu per mobil tangki.
Selain bantuan air dengan mobil tangki, BPBD juga menyalurkan tandon air di seluruh desa yang dilanda kekeringan. Sumur juga digali untuk mempercepat pengadaan air bersih bagi warga.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Ahmad Nurfalakhi, mengatakan 1.453 hektare lahan tanaman padi di seluruh Jawa Timur mengalami kekeringan. Sebanyak 239 hektare di antaranya mengalami puso.
Sementara itu kondisi geografis menyulitkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pacitan mendistribusikan air bersih kepada warga di tiga kecamatan di daerah itu, yakni Kecamatan Bandar, Tegalombo, dan Sudimoro.
Direktur PDAM Kabupaten Pacitan, Rianto, menjelaskan wilayah yang warganya mengalami kesulitan mendapatkan air bersih terdiri dari perbukitan dan pegunungan.
Menghadapi kondisi geografis yang berat, PDAM Pacitan harus mengakali pola pendistribusian air bersih. “Dari instalasi pengolahan, air bersih yang dihasilkan dialirkan ke reservoar bawah, lalu ke reservoar atas. Kemudian dialirkan ke rumah warga secara gravitasi,” ujar Rianto.
Tugas PDAM juga kian berat karena belum seluruh desa di sembilan kecamatan lainnya di Pacitan yang sudah dialiri air bersih. Keterbatasan anggaran tidak memungkinkan PDAM memperluas jangkauan instalasi jaringannya.
Pemerintah Kabupaten Pacitan telah menyiapkan dana pendamping Rp 700 juta untuk perluasan jaringan. Namun dana tersebut baru akan dicairkan setelah ditetapkannya APBN tahun 2012. Padahal dengan perluasan jaringan, empat desa di Kecamatan Donorojo--Desa Sekar, Cemeng, Sendang, dan Desa Sukodono--yang selama ini selalu dilanda kekeringan bisa menikmati air bersih.
Tahun ini pun PDAM Pacitan mendapat dana Rp 10,9 miliar dari APBN. Namun bukan untuk perluasan jaringan, melainkan untuk peningkatan kapasitas produksi di jaringan utama. Sebab kapasitas produksi air PDAM masih jauh dari ideal, yakni hanya 205 liter per detik. Akibatnya dari jumlah penduduk sekitar 530 ribu jiwa hanya sekitar 11 ribu jiwa yang terjangkau air PDAM.
Kapasitas air ini hanya mampu terdistribusi ke pelanggan selama 12-18 jam. “Kami belum memiliki pompa cadangan, sehingga kalau dipaksakan beroperasi 24 jam bisa terjadi error. Karena tidak bisa 24 jam, terpaksa diterapkan block system atau pengaliran bergilir,” ujarnya.
Warga yang belum terjangkau jaringan air besih terpaksa menggali lubang di dasar telaga yang sudah mengering. “Meski air telaga mengering, masih ada sumber air yang memancar kalau digali,” tutur Tusiman, salah seorang warga di Dusun Suruh, Desa Cemeng, Kecamatan Donorojo. Warga pun harus berbagi air dengan ternak mereka.(FATKHURROHMAN TAUFIQ | ISHOMUDDIN)
Sumber : Tempointeraktif
Tidak ada komentar