Nanik Sumantri : Aktifitas Padat itu Dimulai Subuh
Usai subuh, aktifitasnya sudah padat. Menyiapkan keperluan suami dan anak. Semuanya harus sudah ready, sebelum suami dan anak berangkat.
“Biasanya kan acara berlangsung sebelum pukul 8. Bahkan, ada yang pukul 7 sudah mulai. Ya, semua harus sudah siap sebelum itu,” Kata Nanik Sumantri, pekan lalu.
Kesibukan Nanik memang meningkat sejak Sumantri menjadi Bupati, tiga tahu lalu. Belum lagi, perempuan yang lahir pada 4 Desember 1959 itu, kini juga aktif di beberapa organisasi. Selain Ketua Tim Penggerak PKK, Nanik juga Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka.
“Baru-baru ini, temen-temen juag meminta saya memimpin Persani (Persatuan Senam Indonesia) Magetan.”
Sederet kesibukan yang dijalani, diakui tak mengganggu tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Dia berprinsip sesibuk apapun, seorang perempuan harus tetap ingat kodratnya. “Kalau anak-anak sudah terbiasa sejak bapak jadi Sekda,” tambah Nanik.
Kapan waktu untuk berkumpul bersama anggota keluarga? Makan malam, jawabnya. Pada waktu dinner inilah, keluarga Sumantri berkumpul.
“Biasanya diselingi untuk memberikan pengarahan kepada anak dan berdiskusi sama bapak tentang tugas-tugasnya.”
Kepada anak-anak, Nanik menekankan dua hal. Pendidikan Agama dan belajar. Nanik berharap, anak-anaknya bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin hingga melebihi orang tuanya. “Agama akan menjadi peganagan hidup dan bekal anak-anak kelak. Karena itu yang selalu saya tanyakan ke anak-anak, sudah sholat belum,” kata ibu empat anak ini.
Terkait tugas suaminya sebagai bupati, Nanik selalu mengingatkan agar dikerjakan sesuai aturan yang berlaku.
“Itu terus saya ingatkan agar tidak menyalahi aturan. Kalau masih dirasa kerja-kerja bapak kurang pas, ya saya percaya tidak semua di pihak bapak,” jelasnya.
Dukungan penuh yang diberikan Nanik kepada suaminya, membuat Sumantri merasa sangat beruntung. “Saya percaya, dibalik kesuksesan seseorang ternyata ada perempuan hebat dibaliknya. Istri saya, perempuan yang hebat,” kata Sumantri.
Pria yang dibesarkan di lingkungan petani ini melihat sosok Nanik Sumantri sebagai perempuan yang istimewa. “Dia serba bisa mas. Mendukung semua kegiatan saya. Karena background-nya guru, soal sayang sama anak-anak, gak usah ditanya. Terus dia juga entengan, guyub, ramah dan mudah bergaul.”
Resep Cantik
Dalam hampir semua penampilannya di depan publik, meski tanpa balutan make up yang berlebihan, pancaran kecantikan terpendar di balik senyum dan keramahan, seorang Nanik Sumantri. “Tidak ada resep istimewa, Cuma saya rajin minum jus buah,” kata lulusan S2 Unisma Malang itu.
Tomat, wortel, apel dan jepan yang banyak ditemukan di Poncol, dijus jadi satu, diminum setiap hari. “Saya jarang ke salon, paling tiga bulan sekali untuk urusan rambut seperti creambath.”
Meski menjadi orang nomor satu di Magetan, keluarga Sumantri tetap bersahaja. Tak ada kemewahan yang ditunjukkan pada rakyatnya. “Saya dan bapak, kebetulan sama-sama dibesarkan dari keluarga petani. Saya merasa sangat lega jika bisa membantu masyarakat yang membutuhkan secara langsung. Karena itu, kalau kegiatan sambang desa, saya selalu menyempatkan untuk ikut,” ungkap Nanik.
Memasuki tahun ketiga mendampingi suami sebagai Bupati, Nanik berharap, sisa masa jabatan bapak bisa diselesaikan dengan baik. “Kadang-kadang ya sedih juga, kalau dianggap tidak berbuat apa-apa atau masih ada saja yang kurang puas sementara kita sudah bekerja maksimal.”
“Biasanya kan acara berlangsung sebelum pukul 8. Bahkan, ada yang pukul 7 sudah mulai. Ya, semua harus sudah siap sebelum itu,” Kata Nanik Sumantri, pekan lalu.
Kesibukan Nanik memang meningkat sejak Sumantri menjadi Bupati, tiga tahu lalu. Belum lagi, perempuan yang lahir pada 4 Desember 1959 itu, kini juga aktif di beberapa organisasi. Selain Ketua Tim Penggerak PKK, Nanik juga Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka.
“Baru-baru ini, temen-temen juag meminta saya memimpin Persani (Persatuan Senam Indonesia) Magetan.”
Sederet kesibukan yang dijalani, diakui tak mengganggu tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Dia berprinsip sesibuk apapun, seorang perempuan harus tetap ingat kodratnya. “Kalau anak-anak sudah terbiasa sejak bapak jadi Sekda,” tambah Nanik.
Kapan waktu untuk berkumpul bersama anggota keluarga? Makan malam, jawabnya. Pada waktu dinner inilah, keluarga Sumantri berkumpul.
“Biasanya diselingi untuk memberikan pengarahan kepada anak dan berdiskusi sama bapak tentang tugas-tugasnya.”
Kepada anak-anak, Nanik menekankan dua hal. Pendidikan Agama dan belajar. Nanik berharap, anak-anaknya bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin hingga melebihi orang tuanya. “Agama akan menjadi peganagan hidup dan bekal anak-anak kelak. Karena itu yang selalu saya tanyakan ke anak-anak, sudah sholat belum,” kata ibu empat anak ini.
Terkait tugas suaminya sebagai bupati, Nanik selalu mengingatkan agar dikerjakan sesuai aturan yang berlaku.
“Itu terus saya ingatkan agar tidak menyalahi aturan. Kalau masih dirasa kerja-kerja bapak kurang pas, ya saya percaya tidak semua di pihak bapak,” jelasnya.
Dukungan penuh yang diberikan Nanik kepada suaminya, membuat Sumantri merasa sangat beruntung. “Saya percaya, dibalik kesuksesan seseorang ternyata ada perempuan hebat dibaliknya. Istri saya, perempuan yang hebat,” kata Sumantri.
Pria yang dibesarkan di lingkungan petani ini melihat sosok Nanik Sumantri sebagai perempuan yang istimewa. “Dia serba bisa mas. Mendukung semua kegiatan saya. Karena background-nya guru, soal sayang sama anak-anak, gak usah ditanya. Terus dia juga entengan, guyub, ramah dan mudah bergaul.”
Resep Cantik
Dalam hampir semua penampilannya di depan publik, meski tanpa balutan make up yang berlebihan, pancaran kecantikan terpendar di balik senyum dan keramahan, seorang Nanik Sumantri. “Tidak ada resep istimewa, Cuma saya rajin minum jus buah,” kata lulusan S2 Unisma Malang itu.
Tomat, wortel, apel dan jepan yang banyak ditemukan di Poncol, dijus jadi satu, diminum setiap hari. “Saya jarang ke salon, paling tiga bulan sekali untuk urusan rambut seperti creambath.”
Meski menjadi orang nomor satu di Magetan, keluarga Sumantri tetap bersahaja. Tak ada kemewahan yang ditunjukkan pada rakyatnya. “Saya dan bapak, kebetulan sama-sama dibesarkan dari keluarga petani. Saya merasa sangat lega jika bisa membantu masyarakat yang membutuhkan secara langsung. Karena itu, kalau kegiatan sambang desa, saya selalu menyempatkan untuk ikut,” ungkap Nanik.
Memasuki tahun ketiga mendampingi suami sebagai Bupati, Nanik berharap, sisa masa jabatan bapak bisa diselesaikan dengan baik. “Kadang-kadang ya sedih juga, kalau dianggap tidak berbuat apa-apa atau masih ada saja yang kurang puas sementara kita sudah bekerja maksimal.”
Sumber : magetankita