Besi Tua Sebarkan LImbah
Besi
tua yang berupa Pabrik Gula (PG) Poerwodadie sudah berusia hampir
tiga ratus lima puluh tahun kini masih berdiri kokoh, meski sudah
berumur lanjut, besi tua itu tiap tahunya masih menghasilkan ribuan ton
Gula dan Tetes. Pabrik yang terletak di Desa Pelem Kec. Karangrejo Kab.
Magetan Jawa Timur itu merupakan milik Negara, yang notabene dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kalau dirupiahkan“ selama berdiri Pabrik Gula itu sudah menghasilkan milyaran trilyun, namun kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan belum memadai, “paling-paling hanya memberi gula satu kilo per KK tiap tahunya, itupun terbatas diberikan menjelang hari raya”. Hal ini di sampaikan oleh Sutarman dari Korda Masyarakat Anti Korupsi Indonesia Magetan kepada wartawan beberapa hari yang lalu.
Lebih lanjut, kata Tarman, dibanding biaya untuk tenaga kebersihan ibu rumah tangga yang dikeluarkan dengan pemberian Gula satu kiloan kepada masyarakat sangatlah tidak etis. PG yang merupakan Perusahaan milik Negara mestinya mampu untuk memberikan kontribusi lain yang lebih banyak kepada masyarakat dan lingkungan khususnya Ibu-ibu.
Saya yakin, Perusahaan Negara pasti mampu memberi kontribusi/untuk mengatasi Limbah yang dikeluarkan. “Masak Negara tidak mampu mengatasi Limbah Abu, kalau tidak ada korupsi” ungkapnya. Pasalnya disamping Pabrik menghasilkan Gula juga menghasilkan ribuan ton tetes tiap musim giling, dan ini merupakan asset yang perlu dipertanyakan, “petani yang tergabung dalam APTR selama ini tidak pernah menikmati hasil”, imbuhnya.
Ditempat terpisah, Yusanti (45) mengatakan, dengan datangnya musim giling tebu sama dengan datangnya musim hujan abu dan ini sudah langganan tiap tahun yang menjengkelkan. “Sebenarnya saya protes mas, seandainya saya laki-laki kami akan mimpin demo besar besaran” katanya kepada wartawan.
Untuk itu kami berharap kepada mentri BUMN, musim giling yang akan datang tidak ada limbah abu jelaga lagi, sehingga kami tiap akhir giling tidak membersihkan plafon rumah.
Dikatakan, kami sabagai Ibu rumah tangga sedih adanya abu/langes/jelaga ini, hampir tiap menit lantai kami bersihkan kotor lagi-kotor lagi-kotor lagi! Dan seterusnya mengganggu anak-anak yang sedang bermain.Menurutnya, dampak lain abu ini kalau kena mata bisa bengkak dan kena jemuran pakaian semua pada hitam/lengket, juga mengganggu orang lewat (berlalulintas) bahkan dulu terjadi “tabrakan maut” gara gara abu/langes yang keluar dari cerobong pabrik Gula itu, katanya.Hasil Investigasi LSM dan wartawan, sebaran limbah abu ini tergantung arah angin, kalau angin kencang dari arah selatan, limbah (langes) sampai Desa Maron, Prampelan, Gebyok, Kauman, Baluk, Gandu Karangrejo, sebaliknya kalau anginya tenang (timbreng) yang parah Desa Pelem, Kel. Manisrejo dan Mantren.
Menurut sumber, pihak PG sudah bosen adanya aduan dari masyarakat dan lingkungan, bahkan setiap tahun sudah berusaha memperbaiki/mencegah asap abu yang keluar, namum belum mampu bisa, yang konon menghilangkan limbah abu sama dengan biaya membuat pabrik gula baru. (koh.ji)
Ket Foto :
Gundhukan langes limbah PG dari Plafon rumah salah satu warga di Kel. Manisrejo, Kec. Karangrejo, Kab. Magetan, Jawa Timur yang baru dibersihkan.
Oleh : M. Kohar Cahyo Apriono
Sumber : kabarindonesia