75 Siswa Ditelantarkan SMKN I Magetan di Jakarta
Lebih dari sebulan, 75 siswi SMK se Kabupaten Magetan ditelantarkan di
Jakarta, setelah dijanjikan dapat pekerjaan di sebuah perusahaan
setempat. Padahal, keberangkatan para siswa itu difasilitasi oleh SMKN I
Magetan, dengan dipungut biaya perjalanan sebesar Rp 1,6 juta/siswa.
Abdul Rahman warga Desa/Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi mengakui anak perempuannya yang lulusan SMK Penerbangan Maospati, dipungut biaya oleh SMKN I Magetan sebesar Rp 1,6 juta untuk mendapat pekerjaan di Jakarta.
Selain uang daftar kerja, kata Abdul Rahman, ia memberi Rp 1,1 juta sebagai uang saku. Namun sesampai di Jakarta, ia mendapat kabar dari anaknya kalau perusahaan tersebut ternyata tidak menerima pekerja baru.
"Dulu anak saya katanya diminta daftar ke SMKN 1 Magetan ini. Janjinya dicarikan kerja di Jakarta, ternyata anak saya diterlantarkan selama 40 hari,"kata Abdul Rahman, Selasa (17/7).
Ny jamil, warga Jl Raung Magetan mengatakan anaknya yang lulusan SMKN 1 Magetan berangkat ke Jakarta bersama kurang lebih 28 siswi. "Saya tidak tahu kalau yang 75 siswi itu. Tapi yang pulang dan terlantar di Jakarta selama 40 hari bersama anak saya, jumlahnya 28 siswi," kata Ny Jamil yang ditemui Surya seusai mengikuti pertemuan dengan sekolah dan orangtua korban lainnya.
Dikatakan Ny Jamil, pihak SMKN 1 Magetan berjanji akan mengembalikan uang pendaftaran kerja sebesar Rp 1,6 juta itu hari Kamis (19/7/2012). "Kemarin bayarnya lewat Bu Sadinem (guru BP SMKN 1 Magetan), janjinya dikembalikan Kamis (19/7/2012)," kata Ny Jamil.
Dalam pertemuan yang berakhir menjelang Mahgrib itu, Kepala SMKN 1 Magetan Budiono minta agar orangtua tidak melanjutkan masalah ini. Karena pihak SMKN 1 Magetan bersedia mengembalikan uang yang dibayarkan korban. Budiono mengingatkan, kalau sampai ada yang mempermasalahkan maka pihak SMKN 1 Magetan tidak akan bertanggungjawab.
Budiono yang dikonfirmasi usai pertemuan mengatakan, masalah ini hanya soal 'mis' saja. Ia menegaskan, bukan SMKN I yang meminta biaya, tapi dari perusahaan itu. "Mestinya memang gratis. Tapi saya tidak tahu, karena kita tidak membuat MoU dengan perusahaan itu,"kata Budiono sambil wanti-wanti agar masalah ini tidak dibesar-besarkan.
Abdul Rahman warga Desa/Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi mengakui anak perempuannya yang lulusan SMK Penerbangan Maospati, dipungut biaya oleh SMKN I Magetan sebesar Rp 1,6 juta untuk mendapat pekerjaan di Jakarta.
Selain uang daftar kerja, kata Abdul Rahman, ia memberi Rp 1,1 juta sebagai uang saku. Namun sesampai di Jakarta, ia mendapat kabar dari anaknya kalau perusahaan tersebut ternyata tidak menerima pekerja baru.
"Dulu anak saya katanya diminta daftar ke SMKN 1 Magetan ini. Janjinya dicarikan kerja di Jakarta, ternyata anak saya diterlantarkan selama 40 hari,"kata Abdul Rahman, Selasa (17/7).
Ny jamil, warga Jl Raung Magetan mengatakan anaknya yang lulusan SMKN 1 Magetan berangkat ke Jakarta bersama kurang lebih 28 siswi. "Saya tidak tahu kalau yang 75 siswi itu. Tapi yang pulang dan terlantar di Jakarta selama 40 hari bersama anak saya, jumlahnya 28 siswi," kata Ny Jamil yang ditemui Surya seusai mengikuti pertemuan dengan sekolah dan orangtua korban lainnya.
Dikatakan Ny Jamil, pihak SMKN 1 Magetan berjanji akan mengembalikan uang pendaftaran kerja sebesar Rp 1,6 juta itu hari Kamis (19/7/2012). "Kemarin bayarnya lewat Bu Sadinem (guru BP SMKN 1 Magetan), janjinya dikembalikan Kamis (19/7/2012)," kata Ny Jamil.
Dalam pertemuan yang berakhir menjelang Mahgrib itu, Kepala SMKN 1 Magetan Budiono minta agar orangtua tidak melanjutkan masalah ini. Karena pihak SMKN 1 Magetan bersedia mengembalikan uang yang dibayarkan korban. Budiono mengingatkan, kalau sampai ada yang mempermasalahkan maka pihak SMKN 1 Magetan tidak akan bertanggungjawab.
Budiono yang dikonfirmasi usai pertemuan mengatakan, masalah ini hanya soal 'mis' saja. Ia menegaskan, bukan SMKN I yang meminta biaya, tapi dari perusahaan itu. "Mestinya memang gratis. Tapi saya tidak tahu, karena kita tidak membuat MoU dengan perusahaan itu,"kata Budiono sambil wanti-wanti agar masalah ini tidak dibesar-besarkan.
Sumber : surabaya.tribunnews.com
Sumber foto : google.com