Kunker ke Magetan, Ibas Jumpa Pengrajin Batik
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat (F-PD), Edhie Baskoro Yudhoyono
atau yang akrab dipanggil Ibas, melakukan kunjungan kerja (kunker) ke
daerah pemilihannya di Magetan. Di lokasi pertama, Ibas menemui para
pengrajin batik di Desa Sidomukti, Magetan, Jawa Timur (Jatim).
"Kedatangan saya bukan hanya ingin bersilaturahmi, tapi juga untuk menyerap aspirasi masyarakat Magetan. Budaya batik mesti dipertahankan. Tidak mustahil batik Magetan akan dipakai secara nasional," kata Ibas dalam sambutannya, di Balai Desa Sidomukti, Magetan, Jatim, Sabtu (17/11).
Ibas juga mengaku ingin melihat dan memastikan program pemerintah selama ini dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan baik. "Saya ingin lihat langsung potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Begitu saya lihat proses membatik, ternyata tidak mudah. Butuh skill luar biasa. Saya apresiasi pengrajin batik di Magetan," ujar putra dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.
Pada kesempatan tersebut, Ibas pun mengungkapkan soal kemajuan ekonomi Indonesia. Dikatakannya bahwa di tengah-tengah krisis ekonomi global, ekonomi Indonesia ternyata masih dapat bertahan. Menurut Ibas pula, kemajuan tersebut didapat berkat kontribusi UMKM di daerah-daerah.
"Ketika dunia internasional mengalami krisis, Indonesia justru bertahan. Ada kontribusi UMKM di daerah-daerah di Indonesia. Bila ekonomi kita ingin terus bertumbuh, kita mesti memperbanyak basis perkonomian lokal dan rumah tangga," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidomukti, Sutikno, mengungkapkan bahwa terdapat dua kelompok pengrajin di Sidomukti, yakni Mukti Rahayu yang beranggotakan 35 keluarga miskin dan Mukti Lestari yang beranggotakan 40 orang. Menurutnya, 75 pengrajin batik itu mampu menghasilkan batik tulis 50-70 lembar kain, batik cat sejumlah 100-200 lembar kain (per hari).
"Kalau dengan printing sejenis sablon, maka dalam satu hari mampu membuat batik sekitar 1.500-2.000 potong. Untuk mencukupi seragam sekolah kita sudah mampu," paparnya.
Sutikno menambahkan, batik Magetan memang terbilang unik. Pasalnya, motif bambu menghiasi seluruh karya batik. "Kita pakai lambang bambu yang merupakan simbol kebersamaan, kerukunan dan persatuan. Sekarang sudah ada 37 motif, semuanya ada unsur bambu," imbuhnya.
Namun sementara itu, Sutikno pun menuturkan problem yang masih dihadapi pembatik, yang terutama adalah kekurangan sumber daya manusia. "Melihat perkembangan pemesanan yang banyak, kami butuh tambahan pengrajin batik. Caranya bisa dengan mengadakan pelatihan, karena tenaga yang ada sekarang belum mampu penuhi pesanan," tandasnya.
"Kedatangan saya bukan hanya ingin bersilaturahmi, tapi juga untuk menyerap aspirasi masyarakat Magetan. Budaya batik mesti dipertahankan. Tidak mustahil batik Magetan akan dipakai secara nasional," kata Ibas dalam sambutannya, di Balai Desa Sidomukti, Magetan, Jatim, Sabtu (17/11).
Ibas juga mengaku ingin melihat dan memastikan program pemerintah selama ini dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan baik. "Saya ingin lihat langsung potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Begitu saya lihat proses membatik, ternyata tidak mudah. Butuh skill luar biasa. Saya apresiasi pengrajin batik di Magetan," ujar putra dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.
Pada kesempatan tersebut, Ibas pun mengungkapkan soal kemajuan ekonomi Indonesia. Dikatakannya bahwa di tengah-tengah krisis ekonomi global, ekonomi Indonesia ternyata masih dapat bertahan. Menurut Ibas pula, kemajuan tersebut didapat berkat kontribusi UMKM di daerah-daerah.
"Ketika dunia internasional mengalami krisis, Indonesia justru bertahan. Ada kontribusi UMKM di daerah-daerah di Indonesia. Bila ekonomi kita ingin terus bertumbuh, kita mesti memperbanyak basis perkonomian lokal dan rumah tangga," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidomukti, Sutikno, mengungkapkan bahwa terdapat dua kelompok pengrajin di Sidomukti, yakni Mukti Rahayu yang beranggotakan 35 keluarga miskin dan Mukti Lestari yang beranggotakan 40 orang. Menurutnya, 75 pengrajin batik itu mampu menghasilkan batik tulis 50-70 lembar kain, batik cat sejumlah 100-200 lembar kain (per hari).
"Kalau dengan printing sejenis sablon, maka dalam satu hari mampu membuat batik sekitar 1.500-2.000 potong. Untuk mencukupi seragam sekolah kita sudah mampu," paparnya.
Sutikno menambahkan, batik Magetan memang terbilang unik. Pasalnya, motif bambu menghiasi seluruh karya batik. "Kita pakai lambang bambu yang merupakan simbol kebersamaan, kerukunan dan persatuan. Sekarang sudah ada 37 motif, semuanya ada unsur bambu," imbuhnya.
Namun sementara itu, Sutikno pun menuturkan problem yang masih dihadapi pembatik, yang terutama adalah kekurangan sumber daya manusia. "Melihat perkembangan pemesanan yang banyak, kami butuh tambahan pengrajin batik. Caranya bisa dengan mengadakan pelatihan, karena tenaga yang ada sekarang belum mampu penuhi pesanan," tandasnya.
Sumber : Beritasatu.com
Tidak ada komentar