SMS Unggul Telak
Magetan – Hasil Pilkada Magetan 2013 membuktikan
prediksi bahwa incumbent masih berjaya. Pasangan H Sumantri-Samsi (SMS)
yang kini menjabat bupati dan wakil bupati hampir pasti meraih
kemenangan dengan angka mutlak. Internal PDI Perjuangan petang kemarin
(24/3) merilis pasangan bupati dan wakil bupati yang diusungnya meraup
60,4 persen suara pemilih.
Kejutan sempat datang dari pasangan jalur independen Nanik
Karsini-Sugiho Pramono (NaSPro) dengan perolehan 30,1 persen,
mengungguli pasangan Djoko Prabowo-Hartoto (Djowo-Toto) yang hanya
mendapat 9,5 persen suara. Padahal, Djowo Toto berangkat dari jalur
parpol dengan diusung Partai Demokrat, PAN, dan Partai Patriot.
Itung-itungan cepat PDIP itu nyaris sama dengan hasil quick count
Lembaga Survei Proximity yang juga menempatkan SMS unggul mutlak dengan
59,47 persen, NaSPro (29,4 persen), dan Djowo-Toto (11,14 persen). ‘’SMS
kantong suaranya hampir merata di seluruh wilayah,’’ terang Direktur
Proximity Whima Edy Nugroho, kemarin (24/4).
Dia menyebut tingginya perolehan suara SMS lebih disebabkan faktor
kedekatan Sumantri dengan masyarakat. Sumantri merupakan bupati yang
paing rajin turun langsung untuk urusan dinas maupun kemasyarakatan.
‘’Kalau sudah dekat dengan masyarakat tentu akan mudah mengarahkan
pilihan,’’ jelas Whima Edy Nugroho.
Menurut Rinita Sofia Hadi, ketua tim pemenangan SMS, persentase
perolehan suara 60 persen sudah ditargetkan jauh-jauh hari. Kemenangan
mutlak itu mengindikasikan mesin politik PDI Perjuangan bekerja maksimal
untuk mendukung Sumantri-Samsi. ‘’Kemenangan ini bukan hanya milik SMS
dan timnya. Melainkan kemenangan masyarakat Magetan yang sudah mendukung
terpilihnya SMS,’’ urainya.
Mengetahui hasil yang cukup memuaskan, pasangan SMS sore kemarin
langsung merapat di kantor DPC PDI Perjuangan Magetan. Keharuan sempat
ditunjukan Sumantri-Samsi sambil bersalaman dengan para kadernya. ‘’Kami
benar-benar berterima kasih karena sudah mendapat dukungan maksimal,’’
tegas Sumantri.
Di lain pihak. kubu NaSPro masih dingin menyikapi hasil pilkada.
Nanik Karsini merasa belum waktunya melempar handuk sebelum ada hasil
rekapitulasi KPUD. Kata dia, tahapan pilkada berada di tangan KPUD dan
bukannya lembaga survei dan tim sukses. ‘’Tunggu saja rekapitulasi KPUD.
Setelah itu, kami akan bicara,’’ tegas Nanik yang kemarin sengaja
memantau sejumlah TPS di desanya.
Itung-ituangan cepat yang menempatkan Djowo-Toto di posisi paling
buncit langsung menyulut kegeraman Sutikno, ketua DPD PAN Magetan.
Sutikno yang dipercaya menjadi tim pemenangan Djowo-Toto ini mengaku
akan segera melakukan konsolidasi dengan internal tim. ‘’Tunggu saja
dulu. Kami tidak mau mengandai-andai sebelum ada hitam di atas putih,’’
jlentreh Sutikno.
Dia tak menampik jika banyak saksi Djowo-Toto kemarin melakukan aksi
boikot. Namun, Sutikno enggan membeber alasan ketidakhadiran para saksi
itu. ‘’Bukan urusan kami. Yang pasti, saya ingin pilkada ini transparan
dan jujur,’’ tandasnya.
Djowo Tanggalkan Baju Putih
TANDA-TANDA perolehan suara pasangan Djoko Prabowo-Hartoto (Djowo-Toto) bakal jeblok seakan sudah terlihat sejak pagi kemarin (24/4). Djoko Prabowo yang selama ini identik dengan baju putih, mendadak meninggalkan kebiasaannya. Purnawirawan TNI itu menanggalkan baju kebesarannya dan memilih mengenakan kemeja pendek bermotif dipadu sarung saat menerima awak media di rumahnya, Desa Kiringan Kecamatan Takeran, Magetan.
TANDA-TANDA perolehan suara pasangan Djoko Prabowo-Hartoto (Djowo-Toto) bakal jeblok seakan sudah terlihat sejak pagi kemarin (24/4). Djoko Prabowo yang selama ini identik dengan baju putih, mendadak meninggalkan kebiasaannya. Purnawirawan TNI itu menanggalkan baju kebesarannya dan memilih mengenakan kemeja pendek bermotif dipadu sarung saat menerima awak media di rumahnya, Desa Kiringan Kecamatan Takeran, Magetan.
‘’ Ini bukan berarti apa-apa, ingin ganti penampilan saja. Pakai baju
apapun saya nyaman-nyaman saja,’’ tukas Djoko Prabowo menepis anggapan
jika ubahan penampilannya sebagai isyarat kekalahan di pilkada. ‘’Saya
yakin suara di dapil tiga dan lima optimal sebagai kantong suara kami.
Mereka solid dan kompak,’’ imbuhnya.
Pihaknya tidak berpatok pada penghitungan cepat yang dilakukan
sejumlah lembaga survei. Melainkan mengacu hasil rekapitulasi KPUD yang
akan dilakukan pekan depan. ‘’Karena yang riil itu hasil rekapitulasi.
Biarkan pemungutan dan penghitungan suara berjalan sebagaimana mestinya.
Yang pasti, Djowo-Toto tetap optimistis bisa meraup suara besar,’’
tegasnya.
Namun, perolehan suara Djowo-Toto malah terpuruk di TPS 09 Selosari,
tempat cawabup Hartoto menyalurkan hak pilihnya. Pasangan nomor urut 3
itu hanya mendapat 68 suara dan kalah telak dari pasangan Sumantri-Samsi
(110) dan Nanik Karsini-Sugiho Pramono (88 suara). ‘’Inilah demokrasi.
Kandang bukan menjadi jaminan bisa meraih kemenangan,’’ terang Joko
Purnomo, pemerhati politik lokal.
Dia menilai kekalahan di kandang sendiri mengindikasikan figur yang
diusung kurang layak jual. Sebuah kerugian besar, jelas Joko Purnomo,
jika seorang calon tidak dapat memaksimalkan perolehan suara di
lingkungannya sendiri. ‘’Tentu sudah dikenal. Emosional dan kedekatan
juga menjadi salah satu patokan bagi konstituen dalam menentukan
pilihan. Kalau itu saja tidak bisa memanfaatkan, tentu sulit bisa
mendapatkan suara signifikan,’’ urainya.
Sebaliknya, cabup H. Sumantri unggul mutlak di TPS 1 Desa Kedungguwo
Kecamatan Sukomoro dengan perolehan 511 suara. Disusul pasangan
Djowo-Toto mendapat 12 suara dan NaSPo dengan 11 suara. Pun, Nanik
Karsini unggul di TPS 01 Desa Buluharjo, Plaosan, tak jauh dari
rumahnya. Cabup independen itu meraih 314 suara, disusul SMS (77 suara)
dan Djowo-Toto dengan 5 suara saja.
Sumber: Radarmadiun.info
Tidak ada komentar