Warga Tutup Saluran Limbah, Pengusaha Hanya Pasrah
MOJOPURNO - Ratusan warga Dukuh Tugu, Desa Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, bertindak tegas. Warga bersama-sama menutup secara paksa saluran limbah kulit yang berada di desa mereka, Selasa (12/11). Hal itu dikarenakan protes warga yang dilakukan Senin (11/11) kemarin terkait pembuangan limbah kulit ke sungai, tidak digubris oleh pemerintah desa setempat.
Pantauan beritamagetan.com, ratusan warga yang resah akibat dampak pembuangan limbah tersebut langsung menuju tempat usaha penyamakan kulit di desa mereka. Tanpa dikomando, warga langsung mencari beberapa titik saluran pembuangan limbah yang menuju ke sungai. Mereka lantas menutup setiap saluran pembuangan dengan batu dan semen.
Dani Aditya, ketua kelompok masyarakat korban limbah kulit (Kemaskaliku) menyatakan, mereka menyemen saluran pembuangan tersebut, dengan harapan, limbah yang mengalir, terhambat di penampungan limbah milik pengusaha kulit. “Kesabaran kami sudah memuncak. Karena pemerintah sepertinya juga tidak segera ada upaya membela kami. Penutupan dengan semen ini, setidaknya menghambat pembuangan sekitar 25 titik penyamakan kulit di sini. Biar limbahnya terhambat di tempat penyamakan itu,’’ tegasnya.
Sementara itu, Suyadi, salah seorang pengusaha penyamak kulit mengaku hanya bisa pasrah. Dirinya tidak berani untuk menghentikan tindakan warga yang sudah geram dengan dampak usahanya. “Ya mau gimana lagi, biarkan saja, lagian bukan saya sendiri yang saluran limbahnya ditutup,” tuturnya.
Akibat tindakan warga tersebut, Suyadi mengharapkan pemerintah desa atau kabupaten bisa ikut membantu mengatasi permasalahan ini. “Saya akan cari cara lain untuk membuang limbahnya. Semoga pemerintah bisa membantu dan memberi solusi. Sehingga tidak ada yang dirugikan terkait usaha penyamakan kulit ini,” harap Suyadi. (RUD)
Pantauan beritamagetan.com, ratusan warga yang resah akibat dampak pembuangan limbah tersebut langsung menuju tempat usaha penyamakan kulit di desa mereka. Tanpa dikomando, warga langsung mencari beberapa titik saluran pembuangan limbah yang menuju ke sungai. Mereka lantas menutup setiap saluran pembuangan dengan batu dan semen.
Dani Aditya, ketua kelompok masyarakat korban limbah kulit (Kemaskaliku) menyatakan, mereka menyemen saluran pembuangan tersebut, dengan harapan, limbah yang mengalir, terhambat di penampungan limbah milik pengusaha kulit. “Kesabaran kami sudah memuncak. Karena pemerintah sepertinya juga tidak segera ada upaya membela kami. Penutupan dengan semen ini, setidaknya menghambat pembuangan sekitar 25 titik penyamakan kulit di sini. Biar limbahnya terhambat di tempat penyamakan itu,’’ tegasnya.
Sementara itu, Suyadi, salah seorang pengusaha penyamak kulit mengaku hanya bisa pasrah. Dirinya tidak berani untuk menghentikan tindakan warga yang sudah geram dengan dampak usahanya. “Ya mau gimana lagi, biarkan saja, lagian bukan saya sendiri yang saluran limbahnya ditutup,” tuturnya.
Akibat tindakan warga tersebut, Suyadi mengharapkan pemerintah desa atau kabupaten bisa ikut membantu mengatasi permasalahan ini. “Saya akan cari cara lain untuk membuang limbahnya. Semoga pemerintah bisa membantu dan memberi solusi. Sehingga tidak ada yang dirugikan terkait usaha penyamakan kulit ini,” harap Suyadi. (RUD)
Tidak ada komentar