Srikandi Magetan, Tegar di Masa Sulit
Gelap. Saya tidak tahu apa yang harus diperbuat,” kata Sri Ratna Widjajati. Ratna, sapaan akrab, anggota DPRD Magetan itu, mendapat kabar putranya, Dipandiga Priyo Dewanggo, ditangkap polisi karena menggunakan narkoba.
Naluri sebagai seorang ibu menuntunnya. Ratna bergegas ke Solo, tempat anak keduanya kuliah dan tertimpa masalah.
“Yang saya pikirkan, pokoknya saya harus ada di dekatnya. Mendampingi dia melewati masalahnya. Lalu, saya cium dipa. Saya peluk dia dengan penuh kasih sayang,” cerita Alumnus UII Jogja, mengenang masa sulit itu.
Ratna berusaha terlihat tegar. Ibu tiga anak ini meyakini ketegarannya akan membuat Dipa kuat melewati cobaan yang sedang menerpa. Ratna percaya, anaknya tidak melakukan kriminal, tapi sedang sakit yang butuh perhatian dan kasih sayang.
“Yang di atas sedang menguji kami. Kami berserah diri pada Tuhan. Dan, berupaya untuk menyelamatkan anak saya yang sedang sakit dengan rehabilitasi dan kasih sayang,” kata Ibu dari Pradika Bayu Priyanggo, Dipandiga, dan Suba Nadiba Canti itu
Untaian doa terus dipanjat pada sepertiga malam, sebagaimana setiap hari dilakukannya. “Kami meminta maaf. Kami sedang tergelincir. Kami sedang mengalami musibah.”
Di saat sulit, Ratna tetap menunjukkan komitmen pada pekerjaan. Tak sekalipun rapat dewan tentang pembahasan APBD dan masalah rakyat dilewatkan, meski harus bolak-balik Magetan-Solo.
“Apapun yang kami sekeluarga sedang hadapi, saya tak akan mengkhianati kepercayaan masyarakat yang memilih saya untuk duduk di dewan. Saya awali semua pekerjaan dengan niatan baik,” tegas satu dari sedikit legislator yang vokal itu.
Saat ini, Ratna sedang memperjuangkan agar belanja publik naik menjadi 40 persen dari yang sebelumnya hanya 18 sekian persen di APBD. Gebrakan Ratna di DPRD Magetan bak oase di heningnya suara dewan.
Kiprahnya pada isu-isu juga perempuan membuatnya terpilih sebagai Wakil Ketua Kaukus Perempuan Parlemen (KPPRI) wilayah eks karesidenan Madiun. Ratnalah yang berada di depan untuk upaya penyelesaian kasus-kasus yang menimpa perempuan, seperti kasus warga yang digauli perangkat desa di Karas dan pencabulan siswi oleh gurunya di Plaosan.
“Saya sering berkunjung ke makam Kartini. Buku-bukunya juga saya baca. Beliau menginspirasi saya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Sebagai seorang perempuan, saya sangat tersentuh pada kasus-kasus yang menimpa perempuan. Saya akan membela korban,” kata penghobi tanaman dan ikan koi ini.
Di mata keluarga, Ratna menjadi sosok yang membanggakan. “Dia istri yang luar biasa. Dia begitu lengkap. Bisa menjadi istri, teman kerja, sahabat, dan ibu dari anak-anak saya,” kata sang suami, Priyo Suwarsono yang juga anggota DPRD Magetan dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan.
Anak-anak bangga karena ketegaran Ratna. “Saya bangga sama ibu. Ketegarannya membuat masalah yang dihadapi adik bisa diselesaikan dan ibu tetep bekerja untuk memperjuangkan masyarakat Magetan,” ujar, Pradika Bayu Priyanggo, anak pertama.
Tiga bulan yang sulit itu, terlewati sudah. Habis gelap, terbitlah terang.
Sumber : magetankita
Naluri sebagai seorang ibu menuntunnya. Ratna bergegas ke Solo, tempat anak keduanya kuliah dan tertimpa masalah.
“Yang saya pikirkan, pokoknya saya harus ada di dekatnya. Mendampingi dia melewati masalahnya. Lalu, saya cium dipa. Saya peluk dia dengan penuh kasih sayang,” cerita Alumnus UII Jogja, mengenang masa sulit itu.
Ratna berusaha terlihat tegar. Ibu tiga anak ini meyakini ketegarannya akan membuat Dipa kuat melewati cobaan yang sedang menerpa. Ratna percaya, anaknya tidak melakukan kriminal, tapi sedang sakit yang butuh perhatian dan kasih sayang.
“Yang di atas sedang menguji kami. Kami berserah diri pada Tuhan. Dan, berupaya untuk menyelamatkan anak saya yang sedang sakit dengan rehabilitasi dan kasih sayang,” kata Ibu dari Pradika Bayu Priyanggo, Dipandiga, dan Suba Nadiba Canti itu
Untaian doa terus dipanjat pada sepertiga malam, sebagaimana setiap hari dilakukannya. “Kami meminta maaf. Kami sedang tergelincir. Kami sedang mengalami musibah.”
Di saat sulit, Ratna tetap menunjukkan komitmen pada pekerjaan. Tak sekalipun rapat dewan tentang pembahasan APBD dan masalah rakyat dilewatkan, meski harus bolak-balik Magetan-Solo.
“Apapun yang kami sekeluarga sedang hadapi, saya tak akan mengkhianati kepercayaan masyarakat yang memilih saya untuk duduk di dewan. Saya awali semua pekerjaan dengan niatan baik,” tegas satu dari sedikit legislator yang vokal itu.
Saat ini, Ratna sedang memperjuangkan agar belanja publik naik menjadi 40 persen dari yang sebelumnya hanya 18 sekian persen di APBD. Gebrakan Ratna di DPRD Magetan bak oase di heningnya suara dewan.
Kiprahnya pada isu-isu juga perempuan membuatnya terpilih sebagai Wakil Ketua Kaukus Perempuan Parlemen (KPPRI) wilayah eks karesidenan Madiun. Ratnalah yang berada di depan untuk upaya penyelesaian kasus-kasus yang menimpa perempuan, seperti kasus warga yang digauli perangkat desa di Karas dan pencabulan siswi oleh gurunya di Plaosan.
“Saya sering berkunjung ke makam Kartini. Buku-bukunya juga saya baca. Beliau menginspirasi saya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Sebagai seorang perempuan, saya sangat tersentuh pada kasus-kasus yang menimpa perempuan. Saya akan membela korban,” kata penghobi tanaman dan ikan koi ini.
Di mata keluarga, Ratna menjadi sosok yang membanggakan. “Dia istri yang luar biasa. Dia begitu lengkap. Bisa menjadi istri, teman kerja, sahabat, dan ibu dari anak-anak saya,” kata sang suami, Priyo Suwarsono yang juga anggota DPRD Magetan dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan.
Anak-anak bangga karena ketegaran Ratna. “Saya bangga sama ibu. Ketegarannya membuat masalah yang dihadapi adik bisa diselesaikan dan ibu tetep bekerja untuk memperjuangkan masyarakat Magetan,” ujar, Pradika Bayu Priyanggo, anak pertama.
Tiga bulan yang sulit itu, terlewati sudah. Habis gelap, terbitlah terang.
Sumber : magetankita
Tidak ada komentar