Diare Renggut 4 Balita
Menyikapi fenomena itu, Dinkes tidak mau berspekulasi. Sejumlah langkah antisipasi dilakukan. Apalagi, Dinkes mencatat selama 2011 ada empat balita meninggal dunia akibat diare, “Saat ini diare dan ISPA cukup melonjak. Justru DBD trennya mulai turun,” kata Kepala Dinkes Magetan dr Harry Susanto kemarin (21/12).
Harry menuturkan, kasus kematian pasien diare umumnya lantaran terlambat mendapat cairan, bukan karena tidak tertolong di tangan medis. “Kalau terlambat mendapat cairan, memang berakibat fatal. keterlambatan itu biasanya karena pihak keluarga tidak segera memeriksakan penderita ketika kena diare,” terangnya.
Disinggung mengenai membeludaknya pasien diare di Puskesmas Panekan, Harry mengaku sudah berupaya mengantisipasi. Salah satunya dengan sistem penguatan rujukan dan persiapan berbagai kebutuhan obat dan cairan.
“Tentu kami upayakan supaya lebih selektif untuk pasien rawat inap. Selain itu kami sudah siaga dengan penyidiaan cairan infus dan oralit. Setidaknya sudah cukup untuk delapan bulan kedepan,” ungkapnya.
Persedaan cairan infus dan oralit tersebut,lanjut dia, saat ini sudah terdistribusi hingga pondok kesehatan desa (ponkesdes) dan puskesmas-puskesmas. Tak hanya itu, di seluruh puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap juga sudah disiagakan plasa atau aula cukup lebar untuk mengantisipasi overload pasien.
Menurut Harry, diare bukan tergolong penyakit mematikan. Penyakit tersebut biasanya muncul lantaran faktor kebersihan dan pola hidup.
Sumber : Radarmagetan.wordpress.com
Sumber Ilustrasi Foto : Google.com
Tidak ada komentar