‘Sekda’ Kibuli Staf Dishubkominfo

MAGETAN- Masih ada saja penipuan dengan modus mencatut nama pejabat. Kali ini nama Sekretaris Daerah (Sekda) Magetan H Abdul Aziz yang dicatut. Beberapa orang urunga jadi korban lantaran keburu mengendus adanya indikasi penipuan. Namun, ada pula tang sempat termakan aksi tipu-tipu itu. “Saya pikir hanya satu dua orang yang tertipu. Lha selama sepekan ini kok banyak yang melapor kepada saya,” kata Abdul Aziz, kemarin (6/1)

Informasi yang dihimpun, pelaku menelpon calon korban untuk hadir ke Pendapa Surya Graha pada rabu(4/1) malam. Acaranya menghadiri ritual Bupati Sumantri menanam kepala kerbau di depan pandapa untuk menolak bala atau lawan politiknya .

Pelaku pun sempat menelepon langsung sejumlah pejabat . Di antaranya , tiga kades di kecamatan poncol , yakni kades genilangit ,poncol,serta lurah alas tuwo . Juga tiga kepala UPTD TK /SD di lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan , yaitu kepala UPTD penekan , Nariboyo , dan plaosan .

Namun , keenam orang itu mencurigai ada yang tidak beres. Mereka pun langsung meng ontak atasanya .”Saya hafal suara Pak Sek ( Sekda Abdul Azis,Red). Ya saya ngontak pimpinan saya dan kenalan di pandapa , ternyata memang tidak ada ritual di pendapa . Saya di kontak pas di kantor ,” kata Sugito , kepala UPTD penekan.

Hal serupa di alami oleh enam setaf dinas perhubungan komunikasi dan informatika (Dihubkominfo) Magetan. Keenamnya diminta sekda gadungan itu untuk melakukan ritual menjadi babi hutan alias celeng di sebuah makm. Tiga orang pertama yang melakukan ritual adalah staf di sub terminal Maospati. Yakni Wiji, Widodo, dan Darsono. Ketiganya melakukan ritual itu disalah satu makam di kawasan Desa Kraton, Kecamatan Maospati.

Tiga orang selanjutnya yang diminta ‘sekda’ itu adalah Purwanto (staf di sub terminal Parang), Sunaryanto (Sub terminal Lembeyan) dan Slamet (sub terminal Kawedanan).

Menurut Purwanto, Rabu (4/1) pagi dia mendapat SMS dari nomor 081217042881. Pesan singkat itu menyatakan Bupati Sumantri beserta istri akan melakukan acara sakral. Dan Purwanto diminta menyediakan dua orang rekannya (dipilihnya Sunaryanto dan Slamet), untuk dipacaki seperti celeng.

“SMS itu keterangannya dari Pak Sekda. Kemudian saya ditelepon dan dibentak-bentak. Katanya kalau tidak mau melakukan ritual itu, saya akan kena sanksi administratif sebagai pegawi,” ungkap Purwanto.

Akhirnya, hari itu juga, Purwanto bersama kedua rekannya ke Punden Thuk Rampal di Kecamatan Ngariboyo. Berbekal petunjuk telepon yang tak terputus, Purwanto diminta mengenakan baju serba hitam dan seolah-olah bertindak sebagai gembala. Sedangkan keduanya disuruh hanya mengenakan celana pendek, dan seolah-olah menjadi celengg. “Dari situ saya disuruh menjadi gembala kedua teman saya itu. Teman saya itu disuruh makan nasi tanpa tangan yang dijatuhkan ke tanah, makan rumput hingga minum air comberan,” terangnya.

Purwanto mengaku saat itu seolah tak memiliki akal panjang. Ancaman sanksi administrasi yang dialamatkan kepadanya membuat nya pasrah dan menuruti seluruh permintaan ‘sekda’ tersebut.

“Saat di punden, orang yang mengaku sekda itu mengatakan jika pak bupati akan datang ke punden. Dan kedua teman saya yang macak celeng itu seolah – olah akan di tombak pak bupati sebagai rangkaian ritual,” ungkapnya. Namun, Purwanto lantas berinisiatif kembali ke rumah lantaran lama ditunggu, bupati tak kunjung datang. Barulah dia menyadari perbuatan konyol itu.

Cerita-cerita tersebut kemarin dibahas cukup serius di ruang Kabag Humas dan Protokol Penkab Magetan. beberapa korban ‘sekda’ tu pun melontarkan sejumlah ceritanya. Hadir pula Muh Agung Samirono, sekretaris Dishubkominfo.

“Memang ada enam staf kami. Tapi saya tidak mengetahui karena yang ditelepon itu perseorangan. Dan mereka tidak ada laporan, mungkin akan kami tindak lanjuti dulu sebelum hal konyol itu dilakukan,” kata Agung.

“Pak bupati, sekda dan jajaran muspida Magetan itu orang religius. Dan tidak mungkin melakukan tindakan musrik atau berbau klenik itu,” timpal Saif Muchlissun, kabag Humas dan Protokol Pemkab Magetan.

Meski penipuan itu tak mengandung unsur pemerasan, pria yang akrab disapa Mukshlis ini menduga jika hal itu merupakan upaya mengadudomba serta mengacaukan kondisi ketentraman warga Magetan. “Seolah-olah seperti membuat suasana kacau. Mungkin saja masih ada korban lagi, tapi belum melapor. Karena demi loyalitas, mereka didoktrin untuk tidak melapor atasannya,” kata Mukhlis.

Pasca adanya kejadian itu, lanjut Mukhlis, Sekda H Abdul Azis langsung membuat surat imbauan tertulis. Juga melalui SMS Center Pemkab Magetan yang isinya meminta supaya seluruh pejabat dan PNS termasuk masyarakat untuk tidak memercayai perintah ‘sekda’ gadungan tersebut.

“Tentu ini pelajaran bagi kita untuk lebih waspada dengan aksi penipuan melalui teknologi ini. Termasuk bagi para pejabat pimpinan SKPD di Magetan supaya lebih melakukan pengawasan dan pembinaan kepada para stafnya,” tegas Mukhlis.


Sumber : Radarmagetan.wordpress.com


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.