Gowes Jelajah Cemoro Sewu, Magetan
Pada tulisan kali ini saya akan berbagi
cerita tentang pengalaman bersepeda menjelajah keindahan alam Magetan.
Jika Anda belum pernah mengunjunginya, mungkin Telaga (Danau) Sarangan
bisa menjadi Point of Interest dari kabupaten yang terletak di Jawa
Timur ini.
Dengan
menempuh perjalanan (mobil) sekitar 5 jam dari Malang, sampailah kami di
Magetan. Sebenarnya waktu yang kami habiskan lebih dari 5 jam karena
harus bermalam di Madiun yang merupakan kota tepat berada di sebelah
timur Magetan. Keesokan harinya kami berangkat menuju Magetan, tepatnya
menuju basecamp komunitas Arsen (Surabaya) sebagai pihak penyelenggara
acara GoBer (Gowes Bersama) ini.
Sesampainya di basecamp, semua peserta
disuguhi menu sarapan yang lumayan untuk mengisi energi sebelum
menjelajah. Sekitar pukul 08.00 WIB kami semua berangkat menggunakan 5
pickup (dan bahkan lebih karena ada yang berangkat tidak bersama kami)
menuju Cemorosewu. Cemorosewu adalah gerbang pendakian menuju Gunung
Lawu yang merupakan perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Indahnya pemandangan sepanjang jalan
menuju Cemorosewu seakan menghipnotis kami. Lekukan gunung, danau
(Sarangan), dan hutan dengan pepohonannya yang tinggi membuat kami makin
semangat untuk menjelajah track yang biasa disebut C1000 meskipun baru
jam 9 pagi kami sampai di titik pertama gowes.
Setelah berfoto ria dan mendengarkan
briefing dari komunitas tuan rumah, terhitung pukul 09.46 WIB kami
berangkat menjelajah track C 1000. Di awal, kami harus menikmati
tanjakan sejauh 500m. Bagi yang hanya menyukai turunan, mungkin tanjakan
ini terhitung berat karena kondisi saat itu sangat panas dan kami harus
mengayuh pedal di atas aspal.
Track yang kami jelajahi selanjutnya
adalah hutan dengan tanamannya khas daerah tropis. Pepohonan besar,
rapat, kondisi tanah yang berdebu, ditambah akar-akar pepohonan yang
mencuat ke tanah membuat adrenalin dipompa. Ketika memacu kecepatan
sepeda dan bertemu dengan akar yang mencuat ke tanah, dapat saya rasakan
sensasi jumping meskipun tidak tinggi.
Sensasi turunan yang menantang tadi
harus berakhir ketika kami harus mengikuti jalur aspal sejauh beberapa
ratus meter untuk menikmati track tanah selanjutnya. Jika sebelumnya
keluar dari bagian kiri jalan, selanjutnya kami masuk ke track tanah
melalui bagian kanan jalan. Tipe medan yang dilalui masih sama, yakni
turunan berdebu dan banyak pepohonan di sekitarnya.
Ada pengalaman unik yang terjadi di
track ini. Saking asyiknya menikmati jalur turunan, ada salah seorang
kawan yang kaget ketika rantai sepedanya sudah tidak berada di tempatnya
lagi. Ternyata rantai tersebut lepas dan mau tidak mau kami harus
mencarinya dengan menyusuri jalan yang telah dilewati sebelumnya.
Syukurlah rantai tersebut dapat ditemukan sekitar 50 meter dari tempat
awal kami berhenti.
Jalur yang kami lewati di hutan ini
terbilang ekstrim karena banyak sekali turunan curam dengan kondisi
tanahnya yang berdebu. Selain itu, banyak sekali bekas aliran air yang
terbentuk di tengah jalur sehingga butuh kendali ekstra untuk menjaga
agar tubuh tidak terjatuh ketika melewatinya. Disarankan untuk selalu
siaga karena banyak sekali tikungan yang salah satu sisinya merupakan
tebing dengan ketinggian lebih dari 2 meter.
Tak terasa sekitar pukul 11.30 WIB kami
sudah memasuki tempat wisata Telaga Sarangan. Cyclo computer yang saya
pasang di sepeda mencatat bahwa kami telah menempuh jarak sejauh 4,5
kilometer. Meski pendek, banyak sekali tantangan yang harus kami hadapi.
Inilah yang membuat perjalanan kami sedikit lama karena harus menjaga
jarak dengan peserta lain agar resiko terjadi kecelakaan beruntun
semakin berkurang.
Mobil pengangkut yang sebelumnya sudah
siaga harus mengangkut kami kembali menuju track yang berada di atas
Telaga Sarangan. Jarak yang kami tempuh dengan mobil memang tidak jauh.
Sekitar 15 menit kemudian kami sudah sampai di track tersebut. Jalur
yang pertama dilewati setelah diangkut mobil berupa tanah perkebunan
yang tetap menyuguhkan debu sebagai pelengkapnya. Kemudian kami memasuki
hutan pinus yang single tracknya sangat disayangkan untuk dilewati
tanpa kecepatan tinggi.
Mendekati jalur keluar dari hutan pinus,
turunan yang kami hadapi semakin curam. Selain bekas aliran air yang
tidak beraturan, banyak juga bebatuan kecil yang menjadi faktor penambah
resiko jatuh dari sepeda. Jika Anda memiliki keberanian lebih,
taklukkan track ini tanpa sekalipun menyentuhkan kaki ke tanah.
Hanya sekitar 600 meter menikmati rock
garden, kami memasuki areal perkampungan yang berarti harus mengurangi
kecepatan. Perkampungan ini merupakan perpisahan kami dengan track tanah
di Magetan karena kami harus mengayuh pedal menuju basecamp kembali
dengan menyusuri jalur aspal. Jangan khawatir, jalur aspal yang dilewati
masih merupakan turunan sehingga tidak perlu mengeluarkan energi lebih
untuk kembali menuju basecamp.
Saya sangat berterima kasih kepada komunitas Arsen yang
telah berinisiatif untuk melaksanakan event GoBer (Gowes Bersama).
Semoga ke depan makin banyak event serupa dengan tujuan utamanya untuk
mempererat tali persaudaraan antar pecinta sepeda dan tantangan. Kepada
yang tertarik untuk mengunjungi track C 1000, Anda bisa menghubungi om Gatot Irwanto yang sudah hafal dengan jalur ini.
Sumber : anomharya
Tidak ada komentar