Kritis Kekeringan, Puluhan Pelajar Sholat Minta Hujan.
Parang - Puluhan pelajar Sekolah
Dasar Negeri (SDN) 03 Joketro, Kecamatan Parang melakukan sholat Istisqo (Sholat
minta hujan. Kamis, (22/10/2015). Hal
ini akibat kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Magetan sudah semakin
parah.
Dengan dipimpin Miran, tokoh agama setempat, tercatat 80 siswa dari kelas 3 hingga kelas 6 melakukan
sholat minta hujan di areal persawahan yang telah kering akibat tidak adanya
aliran air. Dengan khusuk, para siswa melakukan sholat yang dilaksanakan pada
pukul 11.00 siang itu. Bahkan sejumlah siswa hingga menangis ketika memanjatkan
doa mengharapkan turunnya hujan. ”Kami berharap hujan segera turun. Kasihan bapak,
sawahnya tidak dapat ditanami apa-apa dan terpaksa merantau ke Jakarta,” ungkap
Anggelia Putri, siswi kelas 6 SND 03 Jokerto sambil meneteskan air mata.
Kepala sekolah SDN Joketro 03, Rukhayati mengungkapkan, sholat ini sebagai
bentuk keprihatinan sekolah atas bencana kekeringan yang melanda Magetan
khususnya Joketro. Pasalnya, lebih dari 60% orang tua murid dari total 127
siswa adalah petani. ”Kondisi kekeringan di wilayah kami sudah parah. Banyak
sawah tidak bisa ditanami. Kami berharap dengan sholat ini hujan segera turun,”
ungkapnya kepada Lintasmagetan.com.
Dari data BPBD Magetan, Desa Joketro, masuk dalam daerah kritis air sawah.
Tercatat 200 hektar lahan persawahan di wilayah ini kondisinya tidak bisa
ditanami sejak bulan Juli lalu. Sementara pada Selasa, (20/9/2015) lalu, BPBD
langsung melaporkan kondisi bencana kekeringan yang melanda wilayah Magetan sebelah
selatan ini ke BPBD Jatim. Daerah yang kini masuk dalam level kritis air yakni Desa Trosono,Sayutan, Parang, Joketro di Kecamatan Parang dan
desa Balegondo di Kecamatan Ngariboyo, dengan total penduduk mencapai 1.150
orang. ”Lima desa di Magetan kini sudah level kritis air,
baik sawah maupun air bersih. Hal itu sudah kami laporkan ke BPBD Jatim dan setiap
hari Kamis suplai air terus di wilayah terdampak,” ujar Kepala BPBD Magetan,
Agung Lewis.
Sebagai informasi, sejak sejak 1 Juni lalu BPBD telah menaikan status kekeringan dari siaga ke level darurat. BPBD
sejak bulan Juli lalu mengerahkan dua
armada truk tangki berkapasitas 2000 liter untuk mensuplai daerah terdampak
tiap harinya. Kondisi ini sebelumnya telah diprediksi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) pusat pada 11 Mei lalu yang menyatakan
enam desa yang dihuni 1.150 orang pada 1 Juni hingga akhir Oktober mendatang
diprediksi akan mengalami kekeringan parah. (roh/rud)
Tidak ada komentar