Korban Kebakaran Gunung Lawu Bertambah Lagi.
Magetan - Korban tragedi kebakaran hutan Gunung Lawu sebulan lalu saat ini bertambah satu orang meninggal asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Novi Dwi Istiwati (16) menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 03.00 WIB pada Kamis dini hari, (19/11), di RS Moewardi Solo. Jenasah korban langsung dimakamkan di Desa Brangol, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, pada Kamis siang, (19/11), pukul 10.30 WIB di TPU desa setempat.
Novi Dwi Istiwati sebelumnya menjalani perawatan selama sebulan lebih setelah mengalami luka bakar sekitar 50 persen sewaktu kali pertama ditemukan. Saat itu korban terlebih dahulu dirawat di RSUD dr Sayidiman Kabupaten Magetan, selang dua hari kemudian baru dirujuk ke RS Moewardi Solo hingga meninggal.
Novi demikian panggilan akrabnya, merupakan putri dari korban meninggal di TKP kebakaran sebelumnya yakni Sumarwan (45), demikian juga kakak kandungnya Nanang Setya Utama (18), yang tercatat sebagai warga Jalan Rajawali, RT 04/RW 01, Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota. Menurut Suharno, paman dari korban, membenarkan Novi sengaja dimakamkan di Desa Brangol tidak ditempat tinggal sebelumnya Desa Beran dengan alasan agar satu lokasi dengan kedua makam keluarganya baik Sumarwan maupun Nanang Setya Utama. “Keponakan saya ini memang dimakamkan disini (Desa Brangol-red) karena bapaknya maupun kakaknya juga sama-sama dimakamkan di TPU Desa Brangol. Karena anggota keluarga di Desa Beran tinggal ibunya saja,” kata Suharno.
Katanya lagi, Novi mengalami kritis sejak seminggu lalu meski dirawat diruang khusus luka bakar yang ada di RS Moewardi Solo. Seperti diceritakan Suharno, korban yang tercatat sebagai siswi MTsN Ngawi kelas 9 E selama seminggu terakhir sering mengerang kesakitan dengan merasakan panas disekujur tubuhnya. Selama menjalani perawatan di RS Moewardi, kedua tangan Novi memang diamputasi sebatas pada pergelangan tangan demi menyelamatkan nyawanya namun takdir berkata lain.
Memang, kepergian Novi Dwi Istiwati menjadikan duka mendalam bagi ibunya yakni Sumiyatun. Dimana istri dari Sumarwan tersebut saat ini boleh dikatakan hidup sebatang kara setelah ketiga anggota keluarganya meninggalkan mereka akibat amukan kobaran api kebakaran hutan Gunung Lawu. ''Karena di Desa Beran jelas hidup sendiri maka oleh keluarga besarnya untuk sementara disuruh tinggal di Desa Brangol bersama ibu saya Riyem,” beber Suharno.
kondisi Sumiyatun saat ini terlihat masih sangat shock dengan kepergian putrinya ini. Padahal satu-satunya harapan dirinya hanya tertumpu pada Novi yang saat itu nyawanya masih bisa diselamatkan setelah suami dan putranya meregang nyawa dilokasi kebakaran. Bahkan para tetanganya hanya berharap agar Sumiyatun diberi kekuatan lahir bathin serta ketabahan untuk menerima kenyataan meski pahit.
Dengan meninggalnya Novi Dwi Istiwati, menambah jumlah korban meninggal akibat kebakaran Gunung lawu menjadi Sembilan orang, enam diantaranya warga Ngawi.Setelah sebelumnya, Eko Nurhadi (35) Sekretaris Desa (Sekdes) Brangol juga meninggal pada tanggal 26 Oktober bulan kemarin setelah menjalani perawatan seminggu di RSU dr Sutomo Surabaya. (dik/mk)
Novi Dwi Istiwati sebelumnya menjalani perawatan selama sebulan lebih setelah mengalami luka bakar sekitar 50 persen sewaktu kali pertama ditemukan. Saat itu korban terlebih dahulu dirawat di RSUD dr Sayidiman Kabupaten Magetan, selang dua hari kemudian baru dirujuk ke RS Moewardi Solo hingga meninggal.
Novi demikian panggilan akrabnya, merupakan putri dari korban meninggal di TKP kebakaran sebelumnya yakni Sumarwan (45), demikian juga kakak kandungnya Nanang Setya Utama (18), yang tercatat sebagai warga Jalan Rajawali, RT 04/RW 01, Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota. Menurut Suharno, paman dari korban, membenarkan Novi sengaja dimakamkan di Desa Brangol tidak ditempat tinggal sebelumnya Desa Beran dengan alasan agar satu lokasi dengan kedua makam keluarganya baik Sumarwan maupun Nanang Setya Utama. “Keponakan saya ini memang dimakamkan disini (Desa Brangol-red) karena bapaknya maupun kakaknya juga sama-sama dimakamkan di TPU Desa Brangol. Karena anggota keluarga di Desa Beran tinggal ibunya saja,” kata Suharno.
Katanya lagi, Novi mengalami kritis sejak seminggu lalu meski dirawat diruang khusus luka bakar yang ada di RS Moewardi Solo. Seperti diceritakan Suharno, korban yang tercatat sebagai siswi MTsN Ngawi kelas 9 E selama seminggu terakhir sering mengerang kesakitan dengan merasakan panas disekujur tubuhnya. Selama menjalani perawatan di RS Moewardi, kedua tangan Novi memang diamputasi sebatas pada pergelangan tangan demi menyelamatkan nyawanya namun takdir berkata lain.
Memang, kepergian Novi Dwi Istiwati menjadikan duka mendalam bagi ibunya yakni Sumiyatun. Dimana istri dari Sumarwan tersebut saat ini boleh dikatakan hidup sebatang kara setelah ketiga anggota keluarganya meninggalkan mereka akibat amukan kobaran api kebakaran hutan Gunung Lawu. ''Karena di Desa Beran jelas hidup sendiri maka oleh keluarga besarnya untuk sementara disuruh tinggal di Desa Brangol bersama ibu saya Riyem,” beber Suharno.
kondisi Sumiyatun saat ini terlihat masih sangat shock dengan kepergian putrinya ini. Padahal satu-satunya harapan dirinya hanya tertumpu pada Novi yang saat itu nyawanya masih bisa diselamatkan setelah suami dan putranya meregang nyawa dilokasi kebakaran. Bahkan para tetanganya hanya berharap agar Sumiyatun diberi kekuatan lahir bathin serta ketabahan untuk menerima kenyataan meski pahit.
Dengan meninggalnya Novi Dwi Istiwati, menambah jumlah korban meninggal akibat kebakaran Gunung lawu menjadi Sembilan orang, enam diantaranya warga Ngawi.Setelah sebelumnya, Eko Nurhadi (35) Sekretaris Desa (Sekdes) Brangol juga meninggal pada tanggal 26 Oktober bulan kemarin setelah menjalani perawatan seminggu di RSU dr Sutomo Surabaya. (dik/mk)
Tidak ada komentar