Lintas Komunitas, Gelar Upacara Bendera di Sawah
Magetan - Rakyat Indonesia melakukan berbagai cara unik untuk merayakan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 yang jatuh hari ini, Rabu (17/8/2016). Seperti misalnya menggelar upacara bendera di area persawahan. Kegiatan unik ini dilakukan anak-anak muda di Magetan, Jawa Timur. Mereka berasal dari berbagai macam komunitas.
Komunitas yang bergabung antara lain Wong Magetan Peduli (WMP), Kelas Inspirasi, Dbuku, Dulur Magetan Penuh Kenangan (DMPK), Komunitas Pecinta Reptil, Komunitas Hypnotherapy, Perpustakaan Dbuku, Komunitas Perantau Asal Magetan (Kompag), dan sebagianya. Tak ketinggalan warga sekitar desa Pandak juga bergabung.
Area persawahan tempat dilaksanakannya upacara yang terletak di Dusun Pandak, Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan itu terasa sejuk. Jika pandangan diarahkan ke barat akan nampak menjulang Gunung Lawu di kejauhan. Sawah yang baru selesai dipanen itu pun disulap jadi bernuansa kemerdekaan. Di sekeliling pematang sawah nampak bendera merah putih kecil-kecil berjajar rapi. Sebuah bambu setinggi enam meter dipancangkan untuk tiang bendera.
Peserta upacara tak ada yang berseragam. Semua menggunakan pakaian biasa sehari-hari. Ada yang memakai sarung, caping, dan tak bersandal. Petugas dan inspektur upacaranya pun dari rakyat biasa. Tidak ada pengeras suara. Tidak ada paduan suara, Indonesia Raya pun dinyanyikan bersama seluruh peserta. Pun begitu upacara berlangsung khidmat.
"Kami sebut ini upacara rakyat. Dilakukan oleh rakyat dengan cara kerakyatan. Semua sederhana dan apa adanya. Tapi kami tetap serius dan gembira merayakan peringatan kemerdekaan kali ini," ujar koordinator upacara ini, Jojo Prasetyo
Ditanya tentang mengapa melakukan upacara di sawah, Jojo menjelaskan, "Kami baca di media beberapa hari lalu tentang krisis petani di Indonesia. Kami rasakan kondisi itu ada benarnya. Semakin sedikit anak muda yang mau bertani. Turun ke sawah dan ladang untuk bergelut dengan tanah dianggap tidak keren. Nah, kami ingin ingatkan kawan-kawan muda tentang sawah dan kebutuhan pangan kita. Pertanian itu soko guru kedaulatan pangan lho," jelas Jojo yang aktif berkebun di samping rumahnya ini.
"Negri kita sangat subur," lanjut Jojo, "Siapa yang akan menanami jika bukan kita? Toh sekarang teknologi pertanian makin maju. Bertani sudah tidak harus kotor dan keras seperti jaman dulu," ujar dia.
Sementara itu, Mbah Nyoto yang ditunjuk menjadi inspektur upacara mengaku senang bisa mengikuti upacara ini. "Saya ini orang biasa, sekolah cuma SD, tapi diminta jadi inspektur upacara. Wah, rasanya suatu kehormatan bagi saya. Senang bisa ketemu banyak komunitas dan mensyukuri kemerdekaan sambil introspeksi diri mengenai pertanian di negri kita Indonesia ini," ungkap dia.
Hal senada disampaikan Sugesti dari komunitas Hypnotherapy. Kata dia upacara kemerdekaan ini bermakna lain karena mempertemukan berbagai komunitas di Magetan. "Biasanya kami kan jalan sendiri-sendiri. Jarang kenal satu sama lain. Dengan upacara ini bisa ketemu dan mengenal satu dengan yang lain. Bhineka tunggal ika dan persatuan-nya dapet," pungkas dia.
Untuk mengikat tali persaudaraan, usai upacara para peserta melakukan tasyakuran dengan memotong tumpeng dan makan bersama di tepi sawah. (*)